Maret 14, 2025

SEDIH NIAN RASANYOO, TERNYATA KITA SUDAH TIDAK SEDEKAT ITU

Aku heran, Ramadhan sudah mau masuk 4 hari, tetapi aku masih belum juga disentuhnya. Masih terasing di pojok rak buku yang juga sudah reot dan usang. Dari hari ke hari keadaanku makin memprihatinkan, berdebu makin tebal, halaman semakin banyak yang menguning dan kusam. Jangan tanya sampul cover depannya, sudah lama copot dan entah kemana. Besok-besok sampul belakang pun ikutan koyak. Tali pembatas halamanku saja sudah tinggal setengahnya dengan benang-benang yang sebagian sudah terurai.

Entah kenapa doi makin kesini makin tidak memedulikanku. Apa karena sudah ada yang baru? Rasa-rasanya tidak, sejak awal Ramadhan ia lebih sibuk mencari sarimbit modelan terbaru. Padahal masih jauh dari lebaran. Dengan alasan biar tidak kehabisan stok. Mana ada kepikiran untuk sekadar meremajakan ku. Meski itu untuk ukuran setahun sekali. Entah memang doi type setia sampai akhir, atau memang tidak sepeduli itu dengan keberadaanku? Ada atau tidak ada tidak ada pengaruhnya.

Padahal dulu aku juaranya. Setiap petang dibawa-bawa dengan rasa hormat ke surau tempat doi mengaji bersama teman-temannya. Tidak ketinggalan tuding yang terbuat dari batang daun bambu yang sudah kering. 'Kalam' itu sebutannya untuk membantu dalam mengeja alif ba ta hingga ya. Belajar mengaji sampai waktunya maghrib tiba.

Ya, aku adalah mushaf pertamanya yang dibelikan oleh sang ibu, berbarengan dengan nasi kuning sebagai syukuran karena sudah mulai bisa membaca Al-Qur'an.

Dulu aku juaranya, setiap Ramadhan datang, aku dihatamkan 2-3 kali dari awal puasa sampai bertemu lebaran. Saking semangatnya doi bertadarus bersama teman-temannya sehabis tarawih.

Itu dulu, rasanya semakin ke sini chemistry di antara kami sudah tidak sedekat itu. Hik... Hik... Sedih nian rasanya ambo..

---------------

Begitulah kira-kira bila kita bisa mendengar curhatan mushaf Al-Qur'an yang masih kamu cuekin sampai hari ini. Padahal Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur'an. Yang apabila pada bulan Ramadhan saja kita masih tidak ada keinginan untuk intens membacanya. Apakabar di bulan-bulan lain? 

Padahal Al-Qur'an adalah sebaik-baiknya obat penenang dikala merasa sedih, banyak keluhan tentang hidup, rumitnya pikiran. Coba saja buka sembarang surat, akan kita temukan satu atau dua ayat yang menjadi pelipur lara di kala itu. Ayat-ayat yang pas untuk menghibur keadaan. Minimal pengingat yang baik yang sedang kita butuhkan.

Dan apabila belum berhasil menemukan obat penenang itu, boleh jadi karena kita yang masih kurang intens bermesraan dengannya. Tidak heran bila membaca Al-Qur'an tidak membuat kita merasa apa-apa.

Hmm...

Yuk, ambil kembali mushafmu. Bacalah, dan temukan kembali kemesraan itu.


@Azurazie_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)