Februari 22, 2025

KEPADA SANG MAHA SEGALA

Kepada Allah yang Maha Segala, kupertaruhkan segala pinta dalam doa. Kepada Allah yang Maha Punya, kugadaikan segala perlu dalam ikhtiar semampuku.

                Semoga kami ikut dalam bagian orang-orang yang hanya menaruh harap kepada-Mu. Tersebab memang butuh mengaduh. Tersebab terasa kembali utuh, setelah mencurahkan segala gundah.

                Semoga kami ikut dalam bagian orang-orang yang pada pundaknya selalu ada usaha. Yang ingin mengubah takdir, agar datang dalam versi terbaiknya.

                Sebab kami sepenuh yakin akan janji-Mu yang mengabulkan pada setiap doa. Sebab kami sepenuh taat atas firman-Mu, bahwa nasib suatu kaum ditentukan oleh masing-masing usahanya. Maka, kabulkanlah segala doa yang menurut pandangan-Mu adalah yang terbaik untuk kami.

                Maka, takdirkanlah, nasib baik itu setelah apa yang telah diusahakan oleh kami.

                Pada ujung kalimat Bismillah, aku berserah dengan sepenuh patuh. Kepada Allah Sang Maha Kasih, aku terserah secara utuh dan Maha Penyayang dengan menyeluruh, aku menyerah-kan segala butuh.

                Ikhtiarku dalam usaha. Sepenuh yakin, akan dijasa untuk tiap-tiap upayanya.

                Ikhtiarku dengan doa. Sepenuh yakin, akan diijabah untuk tiap-tiap butuh.

                Kepada-Mu yang Maha Segala. Kugadaikan segala pinta. Pada pijakan langkah kakiku yang pertama. Menelusuri remah-remah kebaikan yang telah tersedia. Untuk tiap-tiap makhluk-makhluk-Mu yang berupaya dan berdoa.

                Kepada-Mu bermuara segala butuh. Dengan cinta yang akan selalu utuh. Dan kebaikan yang terus bertumbuh. Dengan keberkahan hidup yang semoga terus bertambah. Segalanya terasa menyeluruh.Kepada Allah yang Maha Segala, kupertaruhkan segala pinta dalam doa. Kepada Allah yang Maha Punya, kugadaikan segala perlu dalam ikhtiar semampuku.

                Semoga kami ikut dalam bagian orang-orang yang hanya menaruh harap kepada-Mu. Tersebab memang butuh mengaduh. Tersebab terasa kembali utuh, setelah mencurahkan segala gundah.

                Semoga kami ikut dalam bagian orang-orang yang pada pundaknya selalu ada usaha. Yang ingin mengubah takdir, agar datang dalam versi terbaiknya.

                Sebab kami sepenuh yakin akan janji-Mu yang mengabulkan pada setiap doa. Sebab kami sepenuh taat atas firman-Mu, bahwa nasib suatu kaum ditentukan oleh masing-masing usahanya. Maka, kabulkanlah segala doa yang menurut pandangan-Mu adalah yang terbaik untuk kami.

                Maka, takdirkanlah, nasib baik itu setelah apa yang telah diusahakan oleh kami.

                Pada ujung kalimat Bismillah, aku berserah dengan sepenuh patuh. Kepada Allah Sang Maha Kasih, aku terserah secara utuh dan Maha Penyayang dengan menyeluruh, aku menyerah-kan segala butuh.

                Ikhtiarku dalam usaha. Sepenuh yakin, akan dijasa untuk tiap-tiap upayanya.

                Ikhtiarku dengan doa. Sepenuh yakin, akan diijabah untuk tiap-tiap butuh.

                Kepada-Mu yang Maha Segala. Kugadaikan segala pinta. Pada pijakan langkah kakiku yang pertama. Menelusuri remah-remah kebaikan yang telah tersedia. Untuk tiap-tiap makhluk-makhluk-Mu yang berupaya dan berdoa.

                Kepada-Mu bermuara segala butuh. Dengan cinta yang akan selalu utuh. Dan kebaikan yang terus bertumbuh. Dengan keberkahan hidup yang semoga terus bertambah. Segalanya terasa menyeluruh.

@azurazie_

Februari 05, 2025

IDEAL

Sudah pasti, kita selalu ingin segala sesuatunya ideal sesuai dengan yang diharapkan. Part to part berjalan sesuai dengan list-list yang kita sudah rencanakan, agar keinginan itu terwujud paripurna. Agar harapan itu berbanding lurus dengan kebaikan yang kita bayangkan.

                Akan tetapi, sayang sekali, selalu ada faktor lain yang di luar kendali kita. Human eror. Atau sering berbenturan dengan ego dan hak-hak orang lain. Atau tiba-tiba ada interupsi dari pihak ketiga yang tidak tahu menahu, tentang apa saja langkah yang sudah kita upayakan. Hal apa saja yang sudah kita bentuk dengan sedemikian rupa.

                Yang apabila hal itu sedang terjadi, sering membuat kita nelangsa. Runyam. Buyar sudah. Seolah tenaga, pikiran, waktu terbuang begitu saja. Tidak kelihatan hasil baiknya.

                Oooh... Kenapa mereka tidak bisa mengikuti sesuai dengan idealnya kita? Kenapa dengan suka hati mendistraksi apa-apa yang susah payah telah kita bangun? Kenapa tidak sepenuhnya membiarkan segala sesuatunya berjalan apa adanya, step by step sesuai dengan keinginan kita. Kenapa harus ikut campur? Kenapa suka usil ikut mengatur?

                Sedangkan bila terjadi sesuatu yang di luar kendali, kita juga yang pada akhirnya tertuduh duluan. Dan kita pula yang merasa paling bersalah. Karena tidak kuasa mempertahankan.  Maka, benar adanya. Satu-satunya yang menghibur hati ini bahwa: Yang dilihat Allah adalah proses, bukan hasilnya.

                Biarpun ekspektasi kita tidak selalu tercapai, tapi Allah tahu langkah apa yang sudah kita coba. Soal hasil akhir biarkan bekerja sesuai dengan ganjarannya. Tugas kita sebatas usaha.  Terus berusaha, sampai tidak terasa, tak ada lagi keluhan-keluhan. Tak ada lagi rasa kecewa yang di luar kemampuan kita. Karena kalau masih ada itu (keluhan dan mudah kecewa) rasa-rasanya definisi ikhlas belum juga kita dapati maknanya.


@AZURAZIE_