*Kisah Ramadhan malam ke-18*
Minggu ini bisa dibilang yang paling sering menerima pertanyaan yang sama, dari orang-orang yang berbeda. Tentang keberadaan bapak yang memang 'dayanya' sedang turun sehingga tidak memungkinkan untuk berjamaah 5 waktu seperti biasanya.
"Pak Haji ke mana?"
"Pak Haji ga ke masjid?"
"Pak Haji ga kelihatan, biasanya udah ada."
Bahkan ada yang tiba-tiba menghampiri sembari membawa sepiring berisi empat buras, kemudian bertanya. "Pak Haji ga ke masjid lagi? Padahal udah disiapin buat bukaannya."
Masya Allah, terharu rasanya. Karena apa? Benar adanya, sejarah itu berulang. Keteladanan itu dekat di depan mata. Tetiba teringat kisah sahabat-sahabat Nabi yang soleh, yang saling menanyakan ke mana si fulan, ke mana si fulan. Perhatian kepada saudara seimannya. Ketika tidak didapati berada dalam barisan shalat berjamaah di Masjid bersama Rasulullah.
Indah rasanya apabila keberadaan kita dirindukan karena kebiasaan baiknya. Di tempat dan keadaan yang memang baik dipandangan Allah maupun dipandangan sesama manusia.
Maka, bagi kita semua yang memiliki cita-cita ingin sekali dirindukan oleh syurga, setidaknya saat masih berada di dunia, saat masih hidup, minimal menjadi orang yang dirindukan oleh (jamaah) masjid. Oleh saudara-saudara seimannya. Dengan rajin shalat berjamaah di kala sedang gagah-gagahnya, pun di kala sedang payahnya.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)