Sekitar minggu lalu, sempat sumringah ketika mendengar himbauan dari bapak walikota tentang pelarangan perayaan pergantian tahun baru, dengan tidak berkumpul di titik point yang biasanya tiap tahun diadakan, maupun tentang pemasangan kembang apinya.
Sumringah hati ini dan mulai berekspektasi : wah tahun ini mah sepi mudah-mudahan, sudah mulai banyak masyarakat yang sadar diri. Ditambah berempati mengingat masih gencarnya seruan #safepalestine🇵🇸 #freepalestine🇵🇸 #stopgenocide.
Maka, kami sekeluarga mulai tumbuh ekspektasi-ekspektasi itu, bahwa malam pergantian tahun bisa tidur nyenyak, ditambah habis diguyur hujan di waktu maghribnya. Jalan raya pun terbilang sepi.
Sayangnya, sekitar pukul 23.15 ekpektasi itu mulai runtuh. Karena kami terbangun mendengar ada yang mulai menyalakan kembang api, di kampung sendiri. Ekspektasi itu semakin ambyar saat pukul 0.00 semakin berisik dar der dor ramai bersahut-sahutan dengan kampung tetangga juga.
Saat itu juga rasanya ingin berteriak tentang masih hilangnya empati di negeri ini. Ingin mengumpat kemudian sedih hati ini tentang minimnya kesadaran diri.
Dan rasanya ingin pula mencari orang-orang yang sudah berbohong di hari pertama pergantian tahun dengan dirinya sendiri. Mereka yang mengaku punya resolusi agar tahun ini menjadi lebih baik, akan tetapi barisan shalat subuh masih saja bisa terhitung dengan jari.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)