Bp Acim, itu panggilan kami untuk beliau dari masa kecil, saat adik perempuan saya masih dikuncir dua dengan pipi chubynya. Sedangkan 'Si jangkung' panggilan untuk saya dari beliau
ketika kami bertemu.
Tetiba ingat puluhan tahun lalu Bp Acim selalu ditunggu-tunggu kehadirannya untuk mampir ke rumah setelah mengisi pengajian kaum ibu-ibu di sini. Setiap hari Rabu. Biasanya kalau mampir kita makan siang bersama di rumah. Dan rasanya waktu itu ada yang berbeda ketika beliau tidak mampir alias langsung pulang.
Puluhan tahun berlalu, rasanya baru kemarin kehangatan itu, senyumannya itu, canda tawa itu menjadi kenangan tersendiri di rumah ini. Hingga datanglah mimpi malam itu. Mimpi yang biasanya membuat hati selalu tersenyum. Malam itu berbeda. Pernahkah kalian bermimpi menangis sampai sesenggukan? Dan ketika terbangun sedihnya seperti terasa nyata? Padahal mimpinya bukan sesuatu yang membuat sedih. Hanya bermimpi Abah, Mbah dan Bp Amil duduk bersama di teras depan rumah, sambil menikmati sayur asem. Sepintas ada senyuman ibu di sana.
Di mimpi itu saya menangis sambil sesenggukan karena tahu ketiganya sudah berpulang dan rindu ibu yang masih di Madinah.
Ketika terbangun dari mimpi kembali terharu karena bersamaan dengan membaca kabar dari ibu yang sedang di Raudhah, di Kota Suci Madinah.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)