Hari minggu biasanya jadi anak ayah bagi @khansatazkiyahayyin, karena tahu ayahnya libur. Dan dia merasa kalau sudah bersama ayah, jadi lebih bebas bereksplorasi. Karena tidak seketat ketika bersama ibu. Yang biasa sama ibu tidak boleh, sama ayah boleh sedikit. Cobain aja sedikit.
Ya, namanya anak-anak yang lagi tumbuh dan sedang masa-masanya berkeingintahuan besar. Kadang jadi tantrum dan susah diatur kalau lagi ingin sesuatu. Atau dilarang sesuatu. Jadi lebih manja dari biasanya. Jadi susah untuk mandi. Susah untuk makan dan lain-lain. Seenak hatinya sendiri.
Ketika sedang menyuapi makan, saya jadi teringat masa-masa kecil dulu. Fix ini mah ambeknya anak ayah turun persis dari ayahnya sendiri. keras kepala. Saya ingat dulu semasa kecil pun sering banget membuat ibu kewalahan. Pernah berkali-kali sampai di kunci di kamar karena tidak juga mengerti. Dibiarkan sampai tangis itu reda sendiri. Padahal saat itu saya sudah punya adik perempuan yang hanya selisih 2 tahun. Tentu terbayang bagaimana harus berbagi eksta pikiran dan tenaga. Biasanya bapak yang membukakan pintu untuk membujuk dengan berbagai cara untuk berhenti merajuk.
Saya ingat dulu pernah membuat bapak harus ke pasar parung malam-malam cuma untuk mencari mobilan yang saya mau. Dan tidak terima ketika mobilan itu rusak. Padahal baru pulang kerja.
Begitulah waktu seolah memutar kembali kisah-kisah yang pernah kita alami, dengan bentuk tingkah laku anak sendiri. Saya menyeringai, inilah seni menjadi orang tua. Ini baru satu anak, bagaimana kalau ada dua atau lebih?
Sembari memangku @khansatazkiyahayyin saya mengajaknya berbicara. Tepatnya bertanya.
Kenapa dd nggak mau mandi?
Kenapa dd nggak mau makan?
Kenapa dd suka nggak mau dengerin ibu?
Yang ditanya cuma diam. Entah apa yang ada dipikiran anak-anak.
Sehari menjadi anak ayah. Membuat saya merenungi banyak hal. Seenerjik inikah setiap harinya di rumah ketika hanya bersama ibunya? Ketika merajuknya? Ketika susah diaturnya? Ketika patakilannya? Sebanyak inikah energi yang dibutuhkan ibunya setiap hari. Saya rasanya bisa berkali-kali lipat. Karena juga harus mengurus pekerjaan rumah tangga lainnya.
Dan saya pun membenak dalam hati.
Nak sudah seharusnya kita banyak bersyukur dengan adanya ibu yang selalu membersamai kita setiap hari. Yang suka tidak memedulikan kepentingannya sendiri. Tidak dirasa untuk kesehatannya sendiri. Karena energi sudah habis untuk mengurus kita.
Karena ada anak di luar sana yang sepantaran denganmu, tidak seberuntung dirimu. Tidak ada ibu yang menemani, mendidik, merawat, menyediakan kebutuhan dan keinginanmu, karena ibunya sudah tiada. Tidak ada ayah yang memanjakannya setiap hari karena harus pergi bekerja dan biasanya pulang sudah larut malam. Yang kadang minggu pun harus tetap bekerja.
Mungkin saat ini dirimu belum begitu mengerti. Tak apa seiring berjalannya waktu pemahaman baik itu akan tiba. Dan semoga kedepannya kamu akan tumbuh menjadi pendengar yang baik untuk nasihat-nasihat yang ibumu berikan. Menjadi pemerhati yang baik untuk tingkah laku yang ibumu didikan.
Agar tiap-tiap energi ibumu yang terkuras untuk kebaikan keluarga kita, Allah ganjar pahala yang berlipat ganda dengan menjadikan dirimu tumbuh menjadi anak yang solehah.Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)