Cukup, kita selalu merasa cukup. Tidak perlu sampai orang lain menganggap kita selalu berkecukupan.
Sebab, menghadapi ekspektasi sendiri saja kita sering kwalahan. Apalagi bila harus dituntut juga untuk memenuhi ekspektasi orang lain. Sebab untuk memenuhi ekspektasi sendiri saja kita sering kelelahan. Apalagi bila harus juga memuaskan ekspektasi orang lain.
Maka,mulailah dengan diri sendiri dulu yang cukup merasa cukup dengan hal apapun. Asal Allah ridho. Cukup Allah ridho. Sampai Allah ridho. Tidak perlu risau dengan penilaian orang lain. Tidak perlu resah melihat kepemilikan orang lain.
Karena apa yang kita miliki, apa yang kita jaga, apa yang kita nikmati. Yang tidak bersangkutan dengan hak dan kewajiban orang lain. Yang akan bertanggungjawab akan hisabnya adalah diri kita sendiri. Yang akan kwalahan ketika ternyata berlebihan, ternyata lebih banyak mubadzirnya, ternyata lebih banyak yang disia-siakan atau tidak membawa manfaatnya. Adalah diri kita sendiri. Kita yang akan ditanya : asalnya dari mana? Dihabiskan untuk apa?
Maka, cukup dengan merasa selalu cukup bisa jadi rem untuk tidak berlebihan dalam segala hal. Dalam hal pemakaian. Dalam hal kepemilikan. Dalam hal mengejarnya. Dalam hal membelinya. Dalam hal mencarinya. Cukup menjaga dengan yang cukup digenggaman saja. Sesuai kemampuan. Tidak melulu sekadar memenuhi kemauan. Tidak perlu sampai berupaya meraup sesuatu yang sampai di luar kemampuan untuk menjaganya.
Semoga dengan begitu, apa-apa yang kita pakai, apa-apa yang kita nikmati, apa-apa yang kita jaga, apa-apa yang kita miliki. Allah ridho untuk penggunaannya. Allah berkahi segala khasiat dan manfaatnya. Dan kita bahagia karena pandai menikmatinya. Untuk menopang keperluan ibadah kepada-Nya. Untuk menampung kebutuhan hidup kita.
Dengan cukup, tidak berlebihan. Apalagi sampai kwalahan.
#gerimis30hari
#gerimis_des22_29
#azurazie_