Ya Rasulullah,
Sungguh tulisan ini, kutulis dengan getar-getar kerinduan. Dengan basah mata yang merasa haru, setelah rangkaian Mahallul Qiyam.
Betapa, aku merasa beruntung, ada di antara hamba-hamba pilihan Allah. Yang bisa mengenalmu, meski jarak jauh berabad-abad tahun. Sejak dirimu di utus untuk menyempurnakan akhlakul karim. Sebagai Rahmatan lil 'alamin.
Sungguh, aku merasa beruntung, ada di antara hamba-hamba pilihan Allah yang kadung jatuh cinta. kepada dirimu yang belum pernah ditemui. Cinta yang tumbuh dari Rahmat ilahi Rabbi.
Cinta yang melebihi cinta kepada anak-istri, bahkan dengan orangtua sendiri. Cinta, yang meskipun begitu, tak akan dicemburui. Karena kuyakin cinta mereka kepadamu pun, jauh melebihi kadar cinta kepadaku sendiri.
Maka, nikmat manalagi yang perlu kudustai. Tersebab mencintaimu bisa menjadi akibat untuk keselamatan dunia akhiratku.
Maka, nikmat manalagi yang perlu kudustai. Tersebab, merinduimu bisa menjadi harapan untuk kelak bisa berjumpa denganmu.
Dengan wajah yang amat berseri-seri. Dengan hati yang amat bergembira nan bahagia.
Meski barangkali, kelak aku tak bisa berada di barisan paling depan, bersamamu. Tersebab, bilangan salam dan shalawatku yang belum sebanyak itu, dibandingkan hamba-hamba pilihan Allah yang lain.
Tapi, aku tak begitu merasa cemas. Sebab, jaminanmu yang tak pernah sekalipun ada dustanya. Bila, ketika masih di dunia, satu kali shalawat atasmu itu akan tersampaikan. Bagaimana mungkin dirimu tega, tak menghiraukan keberadaanku di sana. Meskipun jauh dari wajah-wajah yang paling bercahaya. Dengan sinaran wajahku yang hampir redup karena tertutup dosa.
Maka, sungguh semoga aku ada dalam peruntungan itu. Jadi bagian ummatmu yang Allah kumpulkan bersama yang begitu dicintainya.
Ya Rasulullah, sesungguhnya aku merinduimu.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)