"Anak ayah kenapa nih sepanjang jalan cemberut aja?"
Hayyin dan Ayah berjalan beriringan. Baru selesai berbelanja di warung dekat rumah. Masing-masing menenteng tas belanja yang sengaja dibawa dari rumah. Ayah membeli sembako pesanan ibu. Hayyin membeli jajanan.
"Aku sebal, Yah. Aku kan sudah besar sekarang. Tapi masih aja ada yang suka cubit pipi kalau ketemu di jalan." Hayyin menjelaskan protesnya.
"Iya, ya. Kenapa gitu ya." Ayah pura-pura mencari tahu penyebabnya. "Mungkin karena anak ayah imut-imut dannmenggemaskan kali nih. Alhamdulillah." Ayah ikutan menjawil pipi Hayyin.
"Tapi kan, Yah. Aku nggak suka."
"Iya iya, ayah paham. Nanti kalau ada yang begitu lagi. Ayah tegur baik-baik ya orangnya."
"Jangan, Yah. Nanti aku malu."
"Oh iya, anak ayah kan sudah besar, ya. Jadi harus bisa bilang sendiri. Harus berani menolak sesuatu yang kamu nggak suka. Tentu dengan cara yang santun dan nggak menyinggung orang lain. Ayah yakin nanti mereka ngerti kok." Ayah mencoba membesarkan hati. "Jangan lupa ketika mendapat pujian dari orang lain. Kita harus mengucap Alhamdulillah."
Hayyin mengangguk.
Meong.... meong...
Sesampainya di rumah. Oyen langsung menyambut antusias. Karena sudah dijanjiin sosis.
"Aduh... duh... sebentar Oyen. Sosisnya di kupas dulu."
Meong... meong...
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)