Tiap pagi, tiap-tiap makhluk bergerak, menyambut peruntungannya untuk bertahan hidup. Apa saja di kerjakan. Yang penting sedikit atau banyak dapat menghasilkan. Tetap bergerak tidak bermalas-malasan.
Namun, kadar peruntungan itu pada tiap-tiap makhluk boleh jadi berbeda. Selain karena hasil dari usahanya sendiri. Adapula faktor 'takaran' takdir yang telah ditetapkan-Nya.
Makanya, kalau dilihat dari kacamata manusia, kita menilainya timpang sebelah. Alias tidak seimbang.
Ada yang bekerja membanting tulang hingga bermandikan keringat. Tapi upah yang dihasilkan tidak ada setengahnya dari yang bekerja hanya mengandalkan ponsel dalam genggamannya.
Ada yang bertahun-tahun harus menunggu, dan ketika dapat ternyata hanya secuil saja. Dibanding peruntungan orang lain yang baru sebentar tetapi langsung penuh, melimpah ruah.
Tidak adil.
Bila dilihat dari kacamata manusia.
Takaran yang didapat tidak sebanding dengan porsi kebutuhan dari masing-masing kepala.
Tapi siapa yang tahu, ketika yang dilihat adalah kadar rasa syukur dan kesabarannya.
Ada yang mudah sekali bersyukur dengan hal-hal kecil. Meski peruntungannya tidaklah lebih besar dari orang lain. Ada pula yang belum juga merasa puas meski sesuatu dalam genggamannya pun sudah meluber ke mana-mana. Tidak lagi bisa ia kendalikan dengan benar.
Dan rasanya nilai peruntungan yang terbaik bukan dari seberapa banyak yang telah diperoleh. Akan tetapi seberapa besar kadar rasa syukur itu, yang menjadi takaran yang sebenarnya.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)