Seni menjadi orang tua
Satu tahun satu bulan setelah ditakdirkan menjadi orang tua. Banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang kami dapatkan.
Memang masih seumuran jagung. Belum sebanding dengan tiga puluh tahun atau lebih dari masa orang tua kami menjaga anak-anaknya. - -Alhamdulillah masih lengkap sampai hari ini.
Meski masih dibilang babak awal menjadi orang tua. Tapi mampu membuat kami merenungi banyak hal. Apalagi ketika anak sedang senang-senangnya "mengoprek" mengikuti keingintahuannya yang besar. Sepanjang hari. Sampai melebihi batas waktunya yang seharusnya ia sudah tidur.
Merenung, hmm... apakah saat kecil dulu kami pun begitu? Suka susah diarahkan. Suka semau kehendak sendiri. Yang berakhir bikin gemas orang tua karena harus tetap sabar dalam menjalani prosesnya. Itu dari sudut pandang seorang anak.
Atau kami belum sebanding itu, masih kurangnya rasa sabar di hati. Masih seringnya kelepasan mengeluh di depan anak. Masih suka kesal kalau arahan tidak diikuti. Tidak sesabar orang tua kami dulu ketika menghadapi kami sebagai anak-anak. Itu dari sudut pandang sebagai orang tua.
Atau ketidakenakan hati (yang sesaat) atas tingkah laku anak yang sebenarnya pada akhirnya selalu dimaklumi. Adalah semacam 'balasan' dari tingkah laku kita dahulu ketika masih menjadi anak-anak.
Toh setelah tiga puluh tahun lebih ini pun kami masih menyandang sebagai anak. Yang suka tiba-tiba kekanak-kanakan. Ketika sedang tidak sepaham dengan orang tua.
Maka, sungguh kami berharap Allah selalu meluaskan hati ini untuk mempunyai kesabaran yang lapang.
Hingga meski tidak akan sebanding dengan yang pernah dialami orang tua kami dulu. Setidaknya kami bisa ikut tumbuh menjadi orang tua yang lebih baik. Bersamaan dengan tumbuh kembangnya anak kami.
Semoga.
#azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)