Bila ketika dibangkitkan kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cintai selama hidup di dunia.
Sungguh, aku takut saat ini terlanjur percaya diri akan baik-baik saja. Padahal nyatanya masih menjadi seekor lalat yang berkerumun di antara kotoran-kotoran yang ada. Bukankah lalat memilih demikian juga sebab karena cinta? Cintanya terhadap kotoran terlalu buta hingga tidak tahu bahwa kerumunan itu tidak bisa membawa kebaikan untuk akhiratnya. Tapi kan lalat tidak akan ada hisab atas perbuatannya. Sedangkan kita?
Bila ketika dibangkitkan kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cintai selama hidup di dunia.
Sungguh, aku takut saat ini sudah kah menjadi salah satu semut yang berkerumun di sembarang tempat. Suka dengan butiran gula yang bertebaran di lantai. Kadang suka pula dengan sisa-sisa bangkai. Bukankah semut memilih demikian juga sebab karena cinta? Suka tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk akhiratnya. Tapi kan semut tidak akan ditanyai atas pilihannya? Sedangkan kita?
Bila ketika dibangkitkan kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cintai selama hidup di dunia.
Sungguh, bisakah kita satu di antara lebah-lebah yang hanya mau berkerumun di atas manisnya madu. Tegas atas pilihannya. Bukankah lebah setegas itu juga karena sebab cinta? Cintanya yang membawa banyak kebaikan untuk kerumunan lain. Yang sama-sama menjaga marwah kehormatan sesama saudaranya.
Ah, lebah memang beruntung. Sedangkan kita?
Bila ketika dibangkitkan kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cintai selama hidup di dunia.
Dimanakah kita saat ini berkerumun. Menjadi seekor lalat yang jauh dari hidayah. Menjadi seekor semut yang suka berada di pilihan abu-abu. Ataukah seekor lebah yang tegas akan imannya. Mempertahankan apa yang dipercaya. Berkerumun dengan yang dicintainya.
Sungguh, hidayah itu mahal harganya.
#azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)