Tiga anak TPA sedang riuh di tempat wudhu. Saat itu kumandang adzan
maghrib sudah hampir selesai dilantunkan muadzin. Ketiganya ikut
bergegas untuk berwudhu seperti peserta shalat berjamaah yang lain. Satu
anak di antaranya terlihat sudah selesai lebih dulu, sehingga menuntun
ke dua temannya agar urutan anggota tubuh yang perlu dibasuh benar.
Sesekali ia menginterupsi temannya agar mendahulukan bagian kanan dulu
sebelum yang kiri.
“Tangan yang kanan dulu.”
“Sikutnya belum tuh.”
Betapa
menggemaskan ketika melihat adegan itu, mengalir seperti air yang
sedang mengalir. Tidak ada kesan canggung untuk memberitahu temannya
yang salah, tidak ada kesan menggurui meskipun lebih mengerti dari yang
lainnya. Gambaran kepedulian itu begitu indah. Seolah sedang berbagi
kebaikan bersama. Untuk wudhu yang sempurna. Untuk shalat berjamaah yang
lebih utama.
Tapi, ada kejadian yang lucu setelah itu.
Selesai mengambil wudhu, kemudian ketiganya berbaris menghadap kiblat
seraya menengadahkan doa bersama.
“Tunggu… tunggu.” Anak yang paling kecil di antara ketiganya merasa belum siap. Masih menurunkan gulungan celana.
“Udah belum?” Anak yang paling besar mencoba memastikan.
Kedua temannya itu kompak mengangguk.
“Bismillahirrahmanirrahim..”
Kompak ketiganya mengawali dengan basmalah. Aku yang kebetulan
melihatnya semakin takjub dan tidak sabar mendengar lantunan doa
berikutnya.
“Alhamdullillahilladzi ahyaanaa…” Masih dengan suara yang lantang dan kompak.
Loh? aku spontan mengerutkan dahi.
“ba’da maa amaatanaa…”
Aduh kok jadi doa bangun tidur? Tiba-tiba saja mulut ini ketelepasan bertanya. Dan sedikit menyesal karena itu.
“wa ilaihin nushur.” Mereka menuntaskan doanya bersamaan dengan memandang ke arahku dengan ekspresi bingung.
Duh,
dek. Sungguh menyaksikan kepolosan kalian membuat senyum ini sumringah.
Tapi, hati tiba-tiba mencelos. Terlepas dari salahnya doa yang mereka
baca. Betapa sebagai orang yang umurnya semakin ‘tua’, seiring
berjalannya waktu malah lebih banyak lupa untuk mengawali sesuatu dengan
doa. Dari perkara doa ketika bangun tidur, hingga doa-doa lain yang
mengiringi aktivitas sehari-hari.
Betapa seringnya kita tanpa sadar menghilangkan begitu saja nilai keberkahannya.
Malu.
@quotezie