Nak, setelah lauhul mahfuz, rahim adalah tempat terbaikmu saat ini.
Masa dimana kamu tumbuh dan berkembang sebagai janin hingga sembilan
bulan lamanya. Maka, bertumbuhlah dengan baik. Membersamai doa dan
harapan kami sebagai orangtuamu kepada Allah Sang Maha Pencipta dengan
sebaik-baiknya bentuk.
Kau tahu, Nak. Sejak tanda kehadiranmu di
W4 hingga saat ini memasuki W29, ada saja tentangmu yang membuat kami
haru. Bertambahlah rasa syukur itu. Mengingatkan kami bahwa betapa
berharganya sebuah kehidupan yang telah Allah anugerahkan. Tentang itu,
ibumu yang paling mengerti bagaimana rasanya. Karena dirimu tumbuh pada
rahimnya yang mulia. Tiap-tiap perkembanganmu, ibumu yang paling dulu
merasakannya.
Aku masih ingat bagaimana ekspresi ibumu ketika
untuk pertama kalinya mendengar denyut jantungmu. Entah sudah berapa
kali kudapati ibumu menyeka air matanya. Lebih-lebih di week saat ini.
Ibumu selalu antusias ketika menceritakan dirimu sudah mulai aktif
bergerak pada perutnya. Seolah-olah sudah bisa diajak ngobrol dan
bercanda.
Nak, sejak kehadiranmu pada rahim ibumu, selalu saja
membuat kami merasa gembira. Ada saja moment-moment yang membuat kami
begitu gemas. Semisal, kebiasaan kita di waktu malam. Ibumu selalu
mengingatkan untuk membaca shalawat sebelum beranjak tidur. Dan dirimu
selalu lebih antusias bergerak di dalam rahimnya ketika shalawat itu
sedang aku lantunkan. Gerakanmu jadi lebih menggemaskan dari biasanya.
Seolah dirimu sudah hafal dan ikut shalawatan. Seolah kita sama-sama
sedang merindu baginda tercinta Muhammad Rasulullah di waktu bersamaan.
Hmm,
sudah tentu begitu kan? Bukankah sejak di lauhul mahfuz hingga kini
berada di alam rahim, tentang mengenal Allah dan kekasih-Nya Muhammad
Rasulullah adalah fitrah dasar bagi seluruh anak manusia?
Nak,
rasa-rasanya aku perlu berterima kasih kepadamu. Semenjak kehadiranmu
dalam rahim ibumu. Aku mengerti bahwa, ternyata Allah memberi lupa untuk
kemudian hari menjadi pelajaran hidup yang berharga ketika menjadi
orangtua. Sebagai manusia, kita tidak pernah diberi ingat masa-masa
masih hidup di dalam rahim. Tentang apa saja yang pernah dialami. Apa
saja tahapan yang sudah di lewati. Bahkan memori itu terbatas, tidak
banyak yang masih bisa mengingat masa-masa balitanya.
Masya Allah,
itu skenario Allah yang luar biasa yang kini sedang aku rasakan, Nak.
Bahwa, Lahnan 'ala Wahnin yang sedang ibumu rasakan saat-saat
mengandungmu, adalah pelajaran hidup yang amat berharga dalam hidupku.
Seolah-olah sedang diberi ingat, dulu aku pun pernah berada di rahim
seorang ibu yang mulia, (yang kelak kamu panggil nenek.)
Dulu aku
pun pernah menjadi sebab, di kala malam tidur tak bisa lagi nyenyak dan
leluasa untuk bergerak. Menjadi sebab, punggung tetiba sakit dan perut
terasa cepat lapar tetapi dibarengi mual.
Barangkali aku tidak
begitu bisa menggambarkan kesusahan-kesusahan yang tengah dialami
seorang ibu di kala mengandung anaknya. Karena sebagai laki-laki hanya
bisa melihatnya saja. Dan saat ini hal itu seolah menjadi cambuk
untukku, agar tidak menyakiti hati seorang ibu, apalagi mendurhakainya.
Tapi
percayalah, Nak, sebab kehadiranmu menjadi akibat ibumu lebih sumringah
senyumnya di kala syukur. Lebih merasakan nikmatnya di kala sabar.
Maka. teruslah bertumbuh dengan baik, dengan doa dan harapan yang selalu
membersamaimu tiap harinya.
@azurazie_