Kira-kira, sedekat apa seseorang dengan kekasih hatinya. Yang sepanjang deru napasnya memanggil-manggil nama itu tanpa pernah merasa bosan. Nama pujaannya itu tersebut dalam rintih doa, tanpa sekalipun ketinggalan.
Ketika sendiri menyepi, tenggelam dalam kerinduan, nama kekasihnya itu menggetarkan palung hati, hingga tak terasa air mata merembas di pipi.
Kira-kira, sedekat apa seseorang dengan kekasih hatinya. Meski sepanjang hidupnya, sosok yang dicintainya itu tidak pernah ditemui. Ia tetap berbesar hati, sepenuh harap, suatu saat nanti, ada kesempatan dirinya akan dikenali. Rindu itu tersambut dengan berbalik dicintai.
Kira-kira, sedekat apa seseorang dengan kekasih hatinya. Jika sepanjang sepengetahuanmu sudah begitu dekat. Sepanjang yang terdengar olehmu, hatinya itu sudah begitu terpaut.
Apalagi yang sudah diluar kuasamu untuk mengetahuinya. Tak kan mungkin lagi dirimu menerka-nerka, sedekat apa seseorang itu dengan kekasih hatinya.
Tidakkah dirimu cemburu, bila ada seseorang yang sedekat itu dengan kekasih hatinya. Sedangkan dirimu, terhitung sedikit sekali meluangkan waktu untuk sekadar menyebut-nyebut namanya. Apalagi perihal meneladani kehidupannya. Perihal menerapkan tiap-tiap sunnahnya. Rasanya... teramat jauh untuk dibandingkan. Yang seperti itu, apa masih bisa dikategorikan benar-benar cinta? Dan masih berbangga hati ingin ikut diakui sebagai bagian dari ummatnya.
Kira-kira, sedekat apa seseorang dengan kekasih hatinya. Tersebutlah dalam sejarah, Rabiah Al-Adawiyah, tidak kurang kesehariannya menyebut-nyebut nama kekasih hatinya hingga puluhan ribu shalawat. Dan ketika ditanya untuk apa bershalawat sebanyak itu? Sederhana saja, ia ingin dibanggakan sebagai bagian dari ummat Rasulullah. Sang kekasih hatinya.
Oh, adakah yang lebih indah dari itu? Tatkala dibanggakan di hadapan seluruh manusia yang berkumpul di padang Mahsyar. Tatkala manusia-manusia sibuk meminta pertolongan. Rasulullah pun berseru... inilah ummati.... ummati... ummati.... yang sepanjang hidupnya mencintaiku dan akupun mencintainya. Yang sepanjang deru napasnya merindukanku. Dan akupun merindukannya.
Sungguh, adakah yang lebih indah dari itu? Ketika sang kekasih hati sudah tak lagi hanya terasa dekat. Akan tetapi mengulurkan tangan mulianya untuk memberimu syafa'at.
Kira-kira, sedekat apa seseorang dengan kekasih hatinya. Sedekat dirimu yang membutuhkan lebih banyak lagi bershalawat.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)