Kenapa kau habis wudhu bukannya masuk masjid malahan senyum-senyum
sendiri.” Kalam menepuk punggung Jim yang ketahuan sedang memperhatikan
anak-anak TPA yang sedang belajar shalat berjamaah.
“Bikin kaget
saja kamu, Lam. Nggak, tadi merasa lucu aja melihat tingkah laku
anak-anak tuh. Di luar tingkah laku mereka yang seringnya masih
main-main dalam beribadah, ada saja yang membuat kita sebagai orang
dewasa jadi merenung.”
“Misalnya?” Kalam mulai penasaran.
“Contohnya,
tadi sewaktu wudhu ada dua anak yang hampir berantem gara-gara soal
tumit. Yang satu ngasih tahu kalau wudhu temannya nggak sah karena dia
lihat mata kaki temannya itu belum basah. Yang dikasih tahu juga ngotot
kalau wudhu yang dia lakukan sudah benar. Ia merasa sudah membasuh semua
kakinya bahkan sampai dengkul.”
“Terus menurutmu anak mana yang lebih benar?”
“Tadi
sih pas diperhatikan si anak yang wudhu memang sudah basah dari dengkul
hingga jari kaki. Tapi memang sebelah mata kakinya belum basah
sempurna. Yang dia basuh cuma bagian kaki depan doang. Si anak yang
menegor temannya juga sebenarnya wudhunya belum sempurna benar. Cepat
banget udah seperti capung minum air.”
“Berarti kita masih punya PR untuk praktek wudhu lagi besok.” Kalam menyimpulkan.
“Nah,
pas mau masuk masjid ada lagi anak-anak yang berantem. Yang ini lebih
lucu lagi. Ada anak laki-laki yang main kejar-kejaran dan nggak sengaja
menabrak anak perempuan yang sudah memakai mukena. Yang lain jadi
ikutan ramai sambil berseru ‘batal tuh wudhunya kan kena kulit’. Anak
perempuan yang ditabrak keliatan masygul karena merasa udah pakai mukena
malas bukanya lagi.”
“Waduh ada-ada aja mereka.”
“Lucu
melihat tingkah mereka yang secara nggak langsung lagi menerapkan hukum
fiqih. Walaupun sebenarnya usia mereka masih jauh dari baligh.”
“Iya betul, Jim. Kita yang sudah lama baligh malah seringnya nggak hati-hati ya. Menabrak hukum ini itu.”
“Nah,
itu yang tadi aku maksud jadi merenungi banyak hal. Kita masih suka
susah menjaga diri bersentuhan dengan yang bukan mahrom. Baik yang nggak
sengaja apalagi yang terang-terangan berjabatan tangan. Padahal di luar
punya wudhu pun sudah haram hukumnya. Innalillah.”
“Betul sekali,
Jim. Belum tentu wudhu kita juga sudah sempurna ya. Masih harus banyak
belajar menjadi muslim yang kaffah. Yang menerapkan ketentuan-ketentuan
dalam islam secara menyeluruh. Nggak sekadar maunya mengambil yang
ringan-ringan saja. Yang memberatkan nafsu malah diabaikan.”
“Betul sekali, Lam.”
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)