Untukmu diri,
Sering-seringlah bertanya apa kabar imanmu?
Pernahkah
begitu nelangsa terbangun di kala adzan shubuh sudah berkumandang.
Hilang sudah kesempatan untuk tunduk sujud bermesraan di sepertiga
malam.
Kemudian, tergesa-gesa membersihkan diri untuk menuju
masjid. Sesampainya di sana, iqamah pun sudah selesai dikumandangkan.
Hampir saja menjadi masbuk, dan tentu saja dua rakaat sebelum shubuh
hanya menjadi angan. Hilang sudah kesempatan memiliki dunia dan
seisinya.
Pernah tidak begitu sebal karena lupa menyempatkan diri
untuk menunaikan shalat dhuha di sela-sela aktivitas kerja. Atau
benar-benar tidak memiliki kesempatan, karena sebuah perjalanan jauh,
terjebak macet, atau terjebak di dalam sebuah meeting di pagi hari.
Hilang sudah makna menjemput rezeki yang sesungguhnya.
Pernah
tidak begitu malu di kala mengajak teman-teman untuk pergi ke kantin,
demi untuk memenuhi keinginan perut. Sudah waktunya makan siang. Tapi,
beberapa orang menolak dengan sopan karena sedang berpuasa sunnah.
Sedangkan kamu sendiri sampai lupa hari, ini rabu atau kamis. Mereka
lebih memilih mengisi jam istirahat bertadarus menggenapi onedayonejuz.
Kemudian,
jum'at ke jum'at selalu terlewati begitu saja tanpa Al-kahfi, tanpa
shalawat. Begitu merasa nelangsa melihat orang lain selalu bisa
menyempatkan waktu untuk berlomba-lomba menambah pundi-pundi kebaikan.
Padahal
satu harinya sama 24 jam. Pun sama dengan kesibukannya. Pun sama nikmat
sehatnya. Dan dirimu bertanya-tanya, sebenarnya yang membuat jadi
berbeda? Keberkahan waktu.
Untukmu diri,
Sering-seringlah menanyakan apa kabar imanmu?
Sepanjang waktu, agar tidak semakin jauh dirimu tertinggal.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)