Seberapa sering kamu mendengar sikap pesimisnya seseorang yang belum berusaha tapi sudah pasrah duluan?
Semisal,
mengerjakan sesuatu - yang sebenarnya untuk kepentingannya sendiri.
Lebih bisa memprioritaskan kewajibannya untuk menunjang hak-haknya
terpenuhi.
Dateline itu dengan mudahnya ia langgar, karena merasa
pesimis dan berpikir, kalaupun dikerjakan tepat waktu, yang sudah-sudah
hak yang didapat selalu telat melulu.
Hmm, sesekali ubah pola
pikirnya. Jangan-jangan segala sesuatu datangnya terlambat, karena sikap
kita sendiri yang selalu kurang tepat. Jangan-jangan pikiran kita
sendiri yang menghambat. Untuk hasil yang lebih cepat.
Bukankah
kita perlu percaya, bahwa Allah akan mengganjarkan apa-apa yang telah
kita upayakan. Nasib suatu kaum itu bergantung dengan usahanya sendiri,
kan? Dan saya percaya, yang selalu berusaha tepat waktu, akan selalu ada
‘hadiah’ manis diujung penantiannya. Buah dari upayanya. Meski, mungkin
tak selalu berupa apa yang diinginkan, boleh jadi diganti dengan apa
yang lebih dibutuhkan.
Terkadang Allah menunda terpenuhinya sesuatu saat ini, untuk menambal kebutuhan kita di waktu yang lain.
Bila
alasan itu tak mengubah pikiranmu, minimal dengan selalu tepat waktu
itu, sebagai pembuktian bahwa apa-apa yang kita lakukan adalah hasil
dari versi terbaik dari diri kita sendiri. Sikap paling optimal yang
sudah kita usahakan. Untuk proses selanjutnya biarlah Allah yang
menggaransikan hasilnya.
Bila masih belum cukup untuk mengubah
mindset-mu. Untuk seberapa pentingnya sikap tepat waktu itu. Bagaimana
kita bisa yakin sepenuh hati dengan bergantung kepada Allah, kalau
bergantung pada upaya sendiri saja, kita sudah pesimis duluan sebelum
berusaha.
Yang perlu diiingat, waktu tidak pernah berbaik hati untuk menunggu seseorang yang selalu ketinggalan.
@azurazie_
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)