Tadinya aku sudah ingin bergegas untuk ikut memenuhi shaf-shaf yang
kosong untuk menunaikan shalat maghrib, tapi demi adab aku urungkan
ketika melihat Abah Anom masih meniti anak tangga. Usianya sudah hampir
satu abad, tapi semangat untuk shalat berjamaah di masjid tidak pernah
absen.
“Duluan saja Nak Jim, orang tua ini mah jalannya sudah mirip siput.” Abah Anom bergurau menoleh ke arahku.
“Nggak
apa-apa Abah, saya di belakang Abah saja.” Kataku menolak permintaannya
dengan sopan. Meski sudah sepuh dan langkah sudah kurang jejak, Abah
Anom tidak mau sama sekali dibantu untuk sekadar dipapah oleh orang
lain.
Suasana masjid sudah mulai ramai dengan anak-anak yang sibuk bercanda. Mengganggu kekhusuan shalat sunnah orang-orang dewasa.
“Ssssst
jangan bercanda anak-anak. Berisik. Jangan lari-larian.” Suara salah
satu jamaah dewasa dengan nada yang sedikit membentak.
Aku melihat
Abah Anom menggeleng, sejenak langkahnya berhenti di ambang pintu
masjid. Tiba-tiba saja wajahnya murung, nampak sedih.
“Ada apa Abah?” Hati-hati aku bertanya.
“Kau
tahu Nak, Jim. Usia masjid ini jauh lebih tua dari usia abah, tapi
suasananya masih saja nggak berubah dari dulu sejak abah seusia mereka.
Abah suka sedih kalau mendengar anak-anak itu dibentak karena berisik.”
“Kalau boleh tahu kenapa jadi sedih, Abah?”
“Kau
tahu Nak, dulu semasa kecil tingkah laku abah seperti mereka, bahkan
bisa dibilang paling bandel. Abah punya genk sepuluh orang yang selalu
membuat rusuh shalat berjamaah. Ada saja keusilan dari kami, dari mulai
melorotin kain sarung, lempar-lemparan kopiah sampai berlomba mengucap
amin dengan sangat kencang. Banyak orang dewasa yang menegur dan kesal
karena merasa terganggu. Tapi kami nggak ada kapoknya. Semakin dilarang
justru semakin ngeyel.”
Aku menggangguk, ternyata dari masa ke masa anak-anak sudah begitu kelakukannya kalau berada di masjid.
“Suatu
waktu Abah Muallim Jufri, guru ngaji di kampung abah, sengaja
mengumpulkan kami sehabis shalat Maghrib. Abah kira kami akan kena
omelan lagi. Tapi ternyata nggak. Abah Muallim Jufri hanya menunduk lama
menahan sedih. Lama sekali kami menunggu, hingga Abah Muallim mulai
bicara”
“Nak, masjid ini luas sekali, tapi jamaah yang datang
setiap shalat lima waktu segitu-segitu saja.” Abah Muallim Jufri
menghela napas. “Abah sedih bukan lantaran kelakuan nakal kalian, sebab
siapa lagi kalau bukan kalian yang masih mau meramaikan masjid ini. Abah
sedih karena semakin berkurangnya kesadaran orang tua kalian untuk ikut
memakmurkan masjid. Lebih sibuk dengan dunianya masing-masing.”
“Saat
itu kami saling pandang satu sama lain, merasa bangga karena dianggap
meramaikan masjid tapi di sisi lain juga sadar, jangan-jangan gara-gara
kami orang-orang dewasa jadi enggan untuk ke masjid?”
“Tentu bukan
kesalahan kalian, Nak.” Abah Muallim Jufri seperti bisa membaca pikiran
abah saat itu. “Abah berpesan, tetaplah meramaikan masjid, sampai suatu
saat kalian akan memahami, betapa bahagianya hati ini, dikala sujud
begitu terasa sedang ditatap oleh Allah. Di saat benar-benar merasa
tunduk dan patuh karena cinta Allah.”
“Mendengar kata-kata itu
kami semua terdiam. Memang nasihat Abah Muallim Jufri itu tidak langsung
membuat kami berubah. Tetap bandel seperti biasanya. Tapi seiring
berjalannya waktu pemahaman baik itu benar-benar tumbuh di masjid tua
ini. Betapa pertistiwa itu terasa baru kemarin, Nak Jim. Genk Abah
sepuluh orang itu, anak-anak yang paling bandel di kampung ini dulu,
satu per satu sudah meninggal dunia. Tinggal Abah saja yang sedang
menunggu gilirannya.”
“Melihat anak-anak ini, Abah jadi sedih
mengingat masa-masa itu. Semoga mereka dapat lebih cepat memahami bahwa
betapa bahagianya hati ini, di kala sujud begitu terasa sedang ditatap
oleh Allah. Merasakan cinta yang sebenarnya di masjid ini.”
Aku
terharu mendengar cerita Abah. Hingga shalat maghrib selesai ditunaikan,
Abah Anom tetap sujud dengan khidmat, mengembuskan napas terakhirnya.
Merasa benar-benar sedang ditatap oleh Allah. Maghrib ini adalah giliran
Abah Anom merasakan benar-benar cinta-Nya.
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)