Mubadzir. Baiklah, kali ini yang kita akan review adalah soal sesuatu yang cenderung mubadzir. Coba diingat-ingat, sepanjang berbuka puasa, nafsu inginnya menyantap apa saja, dan setelah dug.. dug.. bedug.. dan adzan, sebanyak apa makanan yang berhasil kita makan? kita nikmati tanpa kekenyangan? Sekali lagi perlu digaris bawahi : dinikmati tanpa kekenyangan.
Toh, kalau mengikuti nafsu mah, semua bisa saja habis walaupun sudah benar-benar kenyang.
Sesuai dengan teladan Rasulullah, membagi sepertiga perut untuk tiga hal, makan, minum dan bernafas.
Barangkali, kita sudah terbiasa mengamalkan sunnah-sunnah Rasulullah, dengan membaca doa sebelum makan, menggunakan tangan kanan dan tidak berdiri. Mengambil makanan yang paling dekat. Tidak mencelanya bila makanannya tidak kita suka. Tapi, kita sering lalai dengan sesuatu yang bersifat mubadzir. Senang benar berkawan dengan syaitan. Naudzubillah.
Maka, mulai buka hari ini, perlu ada perenungan lebih dalam. Bukan lagi sekadar bersyukur telah melalui satu hari berpuasa. Bukan lagi sekadar bersyukur, masih adanya rezeki untuk dinikmati saat berbuka. Merenungi dalam-dalam, kita mampu berbuka dengan keadaan yang lapang. Lapang di sini, bukan karena tidak dalam situasi perang. Lapang, karena kita jauh dari berkawan dengan syaitan, tidak lagi memubadzirkan makanan. Yuk! Sama-sama bertekad demikian.
05 Ramadhan 1439H
#Ramadhanberkualitas
@azurazie_
#Ramadhanberkualitas
@azurazie_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)