Pernahkah kita tiba-tiba membatalkan sebuah doa yang terlanjur diucap? Lalu berharap doa kita yang itu tidak pernah akan dikabulkan? Sedangkan kita sendiri tahu, bahwa tiap-tiap doa bergaransi dipenuhi. Selalu akan didengar. Aku rasa tidak pernah. Karena tiap doa biasanya disertai oleh harapan si pemohon. Ada unsur kebaikan, minimal untuk dirinya sendiri.
Tapi, pernahkah kita sejenak berpikir, ada bagian-bagian doa yang kita tidak minta untuk di revisi atau bahkan dibatalkan. Tapi, Allah sendiri lah yang menggantinya dengan yang lebih baik. Dengan yang sebenarnya lebih kita butuhkan. Adapula yang ditunda, karena bukan waktu tepatnya.
Pernahkah kita sadari, ketidaktahuan kita akan sesuatu, (yang kita lakukan akan berdampak baik buruknya di masa depan). Allah lebih dulu menjaganya, hanya agar kita selamat dan tidak dirundung kecewa. Allah yang segala Maha Tahu, memberi hidayah agar kita tidak terjerumus ke lubang penyesalan itu. Dia mengilhamkan hati, memberikan kita akal untuk berpikir, menimbang-nimbang baik buruknya.
Sayangnya, lebih banyak kita tidak peka akan hal itu. Nasihat-nasihat hanya ibarat hembusan angin yang berlalu. Teguran-teguran hanya ditanggapi dengan senda gurau. Bila di waktu-waktu tertentu, teguran itu menjadi ujian, tanpa malu kita mengganggap Allah tidak adil. Bertanya-tanya kenapa dari sekian banyak orang, justru kita yang bernasib sial? Selebihnya hanya bisa mengeluh dan mengaduh. Lalu, kemarin-kemarin saat kita dalam kelapangan, kita sibuk apa? Barangkali sibuk menimang-nimang nafsu dan menuruti setiap keinginannya dengan berlebihan. Lalu kapan kita mulai belajar untuk merasa cukup? Cukup bersabar, cukup bersyukur.
@aazurazi_