Kau tahu, setiap makhluk yang melata-merangkak-berjalan di atas bumi ini sudah disediakan bagian-bagian untuk memenuhi kebutuhannya. Di setiap detiknya, tiap-tiap menitnya, pada jam-jam waktunya, hingga penuh kesehariannya.
Berupa rezeki dari Tuhan yang menciptakannya. Nikmat-nikmat-Nya yang banyak tidak disadari oleh penerimanya. Termasuk nikmat yang lebih banyak dirisaukan dan jadi bahan pertanyaan sekalipun.
Bukankah banyak yang bertanya : kenapa terlalu sedikit? kenapa begitu lama datangnya? kenapa pada akhirnya hanya seperti ini saja? dan pertanyaan-pertanyaan serupa yang membenak di pikiran mereka. Padahal yang perlu dirisaukan bukan perkara apa-apa yang belum Dia berikan, tapi apa-apa yang sejauh ini sudah Dia bagikan. Sebab itulah yang nanti akan dimintai pertanggung jawabannya. Titipan yang akan ditanyai oleh pemiliknya. Apakah kita sejauh ini mensyukurinya? dan dihabiskan untuk apa saja?
Perihal yang belum Dia berikan, mungkin kita memang belum pantas menerimanya?
Kau tahu, sebagai seorang muslim, mereka tahu cara paling berkelas ketika mengetuk pintu rezeki dari-Nya. Dengan Dhuha.
Para pedagang yang berkeliling menelusuri jalan setapak dari satu rt ke rt berikutnya, mereka berhenti sejenak ketika melewati sebuah mushola. Meletakkan sejenak barang dagangannya. Kemudian mengambil air wudhu untuk memenuhi kebutuhannya. Dua rakaat yang menjadi modal awal mereka menjemput rezekinya hari ini.
Para karyawan di sebuah perusahaan sengaja datang lebih pagi tiga puluh menit sebelum jam masuk kantornya, agar bisa menyempatkan diri berdesak-desakkan di mushola yang kecil. Berbagi tempat dengan karyawan lainnya. Bersujud pasrah empat rakaat memenuhi kebutuhannya. Berharap apa yang akan mereka dapatkan hari ini benar-benar berkah dan dimudahkan dalam pencariannya.
YA Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu.
(Sesungguhnya perputaran waktu berada di genggaman-Mu. Dan waktu-waktu terbaik untuk meminta Engkau yang lebih tahu.)
Keagungan adalah keagungan-Mu.
(Sesungguhnya tiada banding dengan segala kebesaran-Mu. Dan kepada Engkaulah kami meminta dengan segala kelemahan dan ketidakberdayaan.)
Keindahan adalah keindahan-Mu.
(Sesungguhnya tiada yang lebih indah dari keindahan-Mu. Dan atas kebijakan-Mu lah segala aib kami tidak Engkau perlihatkan kepada makhluk-makhluk-Mu.)
Kekuatan adalah kekuatan-Mu.
Penjagaan adalah penjagaan-Mu.
(Sesungguhnya tiada daya dan upaya melainkan dari kekuatan-Mu juga. Tempat kami berlindung dari segala ketakutan karena ketidaktahuan. Tempat kami bersandar saat dalam kefuturan.)
Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah.
(Seperti halnya Engkau menurunkan rintik-rintik hujan untuk menghidupi pepohonan. Membasahi bumi yang kian kering kerontang.)
Apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah.
(Seperti halnya Engkau menumbuhkan tunas-tunas baru, berkecambah dan mulai tumbuh subur menjulang ke langit. Hingga lebat daunnya, harum bunganya dan ranum buahnya.)
Apabila sukar mudahkanlah.
(Sungguh tidak ada perkara yang sulit bagi-Mu. Seperti halnya kami percaya kekuatan Kun Fayakun-Mu.)
Apabila haram sucikanlah.
(Seperti halnya orang-orang yang selalu Engkau beri petunjuk. Pelihara kami dari arah yang tidak baik. Dari langkah yang keliru. Hingga kebaikan-kebaikan yang akan kami cicipi. Keberkahan yang kami nikmati dalam Ridho-Mu.
Apabila jauh dekatkalah.
(Seperti halnya Engkau mendekat kepada orang-orang soleh yang selalu berlomba-lomba mendekatkan diri kepada-Mu. Dekatkanlah sehingga mudah untuk kami jangkau, lebih mudah untuk kami mensyukurinya.)
Dengan kebenaran dhuha-Mu.
kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku).
(Sungguh Engkau Maha Benar. Seperti halnya keberadaan Syurga dan Neraka adalah benar.)
Datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh.
(Dan semoga kami termasuk hamba-hamba-Mu yang tergolong soleh. Wahai Tuhan yang selalu mendengarkan setiap permintaan.)