Sewaktu kecil,
kebiasaanku dan adik perempuanku, Tiara. Suka sekali memperhatikan aliran air
kala hujan. Dari balik jendela. Air kecoklatan yang menghanyutkan apa saja yang
di lintasinya.
Kami berdua
saling seru-seruan. Kadang berebut memilih potongan plastik atau daun yang
terbawa arus. Berlomba-lomba kepunyaan siapa yang melaju lebih cepat. Meskipun
sama sekali tidak memikirkan, pada akhirnya ke mana air hujan akan membawa
sampah-sampah itu berlabuh.
‘Lomba’
dadakan itu, biasanya baru berakhir saat mama mulai meneriaki kami untuk tidak
dekat-dekat dengan jendela. Nanti ke sambar petir, alasannya. Kami tidak mengerti.
Tapi kami menurut saja, menjauhi jendela.
Tiba-tiba saja
siluet terelep-terelep memenuhi
langit. Tiara sudah buru-buru ngumpet
di balik selimut dekat-dekat dengan bapak yang sedang membaca Al-Qur’an.
Itu salah satu
kenangan masa kecil yang indah. Di usia
yang sekarang, di suasana yang sama. Di balik jendela yang hampir seumuran
dengan kami. Melihat aliran air kala hujan tidak lah sepolos dulu.
Hujan lebat
disertai desiran angin kencang bisa menjadi renungan panjang. Untuk bahan
memikirkan banyak hal.
Oh, Tuhan yang Maha Menurunkan
Hujan. Bukankah air hujan itu untuk menumbuhkan. Untuk menghijaukan. Lalu
kenapa dengan pohon tumbang? Sewaktu kecil saja satu pohon kecapi besar roboh
menimpa sebelah rumah kami. Pagi-pagi sekali bapak dibuat repot harus
memperbaiki banyak hal. Mengganti Genteng-gentengyang pecah. Tembok rumah yang
hancur menahan batang pohon. Padahal buah kecapinya enak sekali.
Pohon-pohon pisang terbaring
tiduran. Yang baru berjantung pisang. Berbuah hampir matang. Bahkan yang masih
kecil ikut roboh. Apakah karena pohon-pohon itu mengikuti takdir-Mu? Pasrah
atas ketetapan waktu-Mu yang selalu tepat.
Oh, Tuhan Sang Maha Pengatur
Turunnya Hujan. Desiran angin kala hujan menjadi renungan panjang. Untuk bahan
memikirkan banyak hal. Lalu ke manakah puluhan daun-daun rambutan yang
beterbangan tertiup angin. Ke mana pada akhirnya mereka berlabuh. Apakah
mengikuti takdir-Mu? Daun-daun yang selalu ikhlas diterbangkan angin. Menuruti
masa kontraknya hidup bertangkai di dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)