"Menurutmu kenapa kita bisa tiba-tiba bermimpi bertemu seseorang yang tidak pernah kita temui sebelumnya? Meskipun sebenarnya sudah cukup kenal di dunia maya." kataku membuka obrolan pagi itu. Sembari menghabiskan nasi goreng buatan ibuk, yang..... Tiada duanya.
"Keinginan alam bawah sadarnya. Mungkin." Jawabanmu seperti biasa selalu singkat dan padat. Yang entah sedang melakukan apa di sana.
Ah kau tahu tidak, kau itu tipe yang akan ditinggalkan dalam obrolan. Jawabanmu yang selalu to the point akan membuat orang lain kehilangan selera untuk melanjutkan obrolan. Istilahnya tidak ada timbal balik. Basa-basi bertanya kek. Tapi entah kenapa itu tidak berlaku denganku, aku selalu berpikir keras agar obrolan itu berkelanjutan. Meskipun kau terkesan tidak antusias mengetik balasan.
"Naluri bagaimana? Tidak masuk akal saja, ketemu langsung orangnya saja belum, tahu karakter di dunia nyata saja tidak. Tapi kok di mimpi kayak nyata aja pernah bertatap muka. Padahal sejauh ini cuma sebatas kenal lewat foto profil. Kan aneh."
"Namanya juga mimpi. Makanya aku bilang itu nalurinya, yang ingin bertemu langsung, tidak hanya di dunia maya." Balasmu sedikit lebih panjang.
"Kalau mimpiin orang yang sama sampai berhari-hari?"
"Rindu... Mungkin."
"Bisa juga yang dimimpikan sedang dalam keadaan kurang sehat."
"Iya itu juga bisa."
"Okok." Balasku cepat, berhenti bertanya. Sudah merasa cukup mengganggumu pagi ini.
"Kenapa gitu?"
Baru saja aku menyimpan ponsel di atas meja. Balasanmu masuk.
"Ah tidak. Cuma ingin bertanya." balasku sambil menyeringai.
"Dasar tukang chat suka aneh nggak jelas." balasmu disertai emot tinju.
Aku hanya membalas hahaha yang aku ikut suarakan di dunia nyata.
"Suka bikin bete." balasmu masih tidak terima. Barangkali pagi-pagi merasa sudah diganggu dengan banyak pertanyaan yang sebenarnya hanya untuk ketidakjelasan saja.
Ini bukan kali pertama kau protes soal ini. Ah perlu kau tahu. Ketidakjelasan ini yang suatu hari nanti akan banyak berguna. Setidaknya untukku. Entah kalau untukmu.
Aku tidak sepertimu yang merasa perlu menyimpan banyak histori percakapan. Yang jika ke delete satu kolom saja sudah uring-uringan. Dengan dalih kan bisa untuk dibaca-baca lagi. Tidak berlaku bagiku, kolom obrolan pagi ini pun sebentar lagi akan kuhapus. Tidak akan bertahan sampai seharian. Bahkan kalau bentuknya sms, setelah dibalas bisa langsung hapus. Bukan apa-apa, aku tidak ingin menumpuk banyak kenangan. Ketidakjelasan itulah yang menjadi tiketku masuk ke dunia yang baru, nanti. Ketika perputaran takdir kita sudah tidak lagi bersinggungan. Bukankah datang dan perginya seseorang dalam hidup kita adalah sebuah keharusan.
Bukan tidak ingin memiliki kenangan indah, hanya saja biarlah suatu hari ketika kenangan itu tiba-tiba berputar di kepala kita. Cukup dengan sekilas mengingatnya, tidak sampai menelusuri keping-keping kisah detailnya. Termasuk foto, jarang sekali dalam bepergian atau moment tertentu aku bersedia mengabadikan foto. Jarang sekali. Aku tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu.
"Kenapa deh? Jangan bikin penasaran!"
Aku sempurna tertawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)