Kisahnya berada di sebuah coffe-book yang terapung di lautan. Bekas kapal pesiar yang dimanfaatkan oleh pemuda berandalan bernama Deras. Kalau mau ke sana harus menumpang perahu nelayan.
Setiap rembang petang (waktu 1/2 5) coffe-book selalu kedatangan pelanggan setianya. Perempuan sendu bernama Nafas. Yang selalu cemas di jam 5 sore. Menunggu seseorang yang berjanji pulang dari pelayaran.
Setiap rembang petang (waktu 1/2 5) coffe-book selalu kedatangan pelanggan setianya. Perempuan sendu bernama Nafas. Yang selalu cemas di jam 5 sore. Menunggu seseorang yang berjanji pulang dari pelayaran.
Nafas punya kebiasaan unik. Saat langit cerah dia selalu memakai baju serba hitam. Kalau langit sedang diguyur hujan dia memakai baju berwarna cerah. Alasannya sederhana, Nafas tidak ingin dicemooh oleh cuaca. Dengan memakai warna yang kontras, Nafas ingin menunjukkan ketegarannya.
Salah satu pelayan di coffe-book itu bernama Udara. Yang selalu dikira orang asli padang karena orang-orang memanggilnya Uda. Padahal ia asli penduduk setempat. Bukan pendatang.
Udara sejak lahir pandai membaca tanda tanda cuaca akan hujan. Nah setiap pagi pukul 5 shubuh, Udara selalu mendapat sms dari Nafas yang menanyakan cuaca hari ini. Untuk memastikan nanti pukul lima sore dia tidak salah kostum.
Udara sejak lahir pandai membaca tanda tanda cuaca akan hujan. Nah setiap pagi pukul 5 shubuh, Udara selalu mendapat sms dari Nafas yang menanyakan cuaca hari ini. Untuk memastikan nanti pukul lima sore dia tidak salah kostum.
Kebiasaan itu lah yang membuat perasaan di hati Udara tumbuh. Merasa kasihan melihat Nafas yang menanti-nanti ketidakpastian. Seperti masa lalu Udara yang kelam. Sesungguhnya Udara sangat membenci lautan. Membenci dengan cara yang berbeda. Dengan tertawa di atasnya.
Lalu bagaimana kisah keduanya akan bersisian di masa depan. Akankah Udara tidak diperlukan untuk Nafas? Bisakah Nafas hidup tanpa Udara?
Tunggu kisah lengkapnya ya :) Insya Allah...
Tunggu kisah lengkapnya ya :) Insya Allah...