To : amuri
Di kota kelahiranmu.
De, tiga atau empat tahun lalu (entah angka berapa tepatnya) kita saling sapa dalam kata-kata. Harap maklum, kaum laki-laki memang pengingat yang buruk dalam angka-angka. Lagipula untuk menghitung umur sebuah pertemanan siapa yang benar-benar menyadarinya. Waktu seakan membungkusnya dengan rapi hingga kita tidak peduli dengan sejarahnya.
Tapi kau tahu, aku mengingat dengan baik hal apa yang membuat kita memutuskan untuk mulai berteman baik. Kala itu, waktu jam makan siang kamu mulai ‘sibuk’ mengomentari tulisan-tulisanku yang 'nyampah’ di beranda facebook. Akun asing yang aku benar-benar tidak tahu siapa kamu. Kala itu tahu alamat blogmu pun tidak. Tapi caramu memperkenalkan diri mulai membuatku tertarik. Kamu lancang sekali -mengingat sebagai orang asing, meminta nomor ponselku dengan alasan untuk saling belajar menulis. Dan 'teror-teror’ sms pun mulai berdatangan. Kamu mulai sibuk bertanya berbagai hal. Sepanjang hari. Hingga aku sempat kerepotan meladeninya. Sebab saat itu aku sedang bekerja. Hingga berhari-hari kemudian 'keisenganmu' itu berlanjut. Aku tersenyum mengingat itu semua.
De, kau tahu. Waktu membungkus kebersamaan itu dengan baik. Hingga kita tidak sempat menyadarinya. Kita semakin akrab dengan cara-cara yang ganjil. Bagaimana tidak. Kamu berada di kota yang jauh sekali. Kota yang belum terbayang aku akan bisa ke sana suatu hari nanti. Percakapan kita mulai seru karena kita saling tahu kegemaran masing-masing yang sedikit banyak saling bersisian satu sama lain. Kita punya penulis favorite yang sama. Dan mulai sibuk mendiskusikan tulisan-tulisannya. Sederet karya-karya besarnya. Kita juga mendengarkan beberapa musik yang sama. Dan ternyata kita penggemar anime yang sama. One piece. Aku ingat pernah tertawa dengan gembira ketika membahas kekonyolan kru topi jerami itu. Meskipun belakangan ini aku kecewa, kamu tidak lagi mengikuti jalan ceritanya. Dan yang paling aku ingat, kita pernah saling bertukar tulisan. Meskipun saat itu kamu sudah jarang sekali menulis.
De, cerita-cerita keseharian kita waktu membungkusnya dengan baik. Hingga kita tidak menyadari sudah berapa lembar buku jika kita iseng menuliskannya.
Kamu ingat ketika pertama kali memasuki bulan puasa di tahun pertama kita saling kenal. Betapa kita mulai sok menjadi 'alarm’ untuk membangunkan sahur satu sama lain. Meski jeda waktu kota kita hampir 30 menit bedanya. Ingat dengan pertengkaran kecil kita kala itu. Aku mengingatnya dengan baik. Termasuk obrolan kita tentang muara yang tak berujung. Tentang curhatan membahas si dia dan si dia. Dan entah kenapa kita mulai menjadi dua orang asing yang tidak pernah bertemu muka, tapi saling sukarela untuk menceritakan apa saja. Tentang rahasia-rahasia kecil kita. Kamu ingat betapa pernah begitu penasaran dengan tahun lahirku.
De, waktu membungkus itu semua dengan baik. Hingga saat ini ketika memutuskan untuk menuliskan semua ini. Aku merasa kedepannya nanti akan menjadi jauh berbeda. Kamu akan memasuki duniamu yang baru. Lembaran-lembaran kisah nyata dengan masa depanmu.
Ini memang bukan perpisahan. Sebab teman tidak mengenal itu bukan? Tapi seperti yang kamu tahu, satu dua teman-teman perempuanku yang sudah menikah. Biasanya akan lenyap tanpa kabar begitu saja. Awalnya aku kesal dan merasa kehilangan mereka. Tapi setelah dipikir-pikir itu bukan murni salah mereka. Aku baru menyadari, aku lah yang selama ini menarik diri dari mereka. Aku yang cukup tahu diri tidak mengganggu dunia mereka.
De, terima kasih untuk banyak hal. Terima kasih pernah menjadi bahu yang nyaman. Telinga yang baik. Mulut yang menghibur. Canda tawa yang menggembirakan. Yang membantu melewati masa masa sulit. Terima kasih untuk segala keganjilanmu memperkenalkan diri. Terima kasih untuk tulisan-tulisanmu yang menemani sepi.
Dan pada akhirnya aku ucapkan selamat menunggu getar-getar akad dengan hati yang paling cinta. Selamat merajut masa depanmu dengannya. Selamat berbahagia di tanggal 170116. Semoga kamu mampu merayakan cinta dengannnya, meniti tangga bahagia satu-satu hingga ke firdaus-Nya.
Dan semoga dengan tulisan sederhana ini. menjadi pengingat yang baik di masa depan. Bahwa kita akan selalu terhubung lewat tulisan. Sebagai teman yang pernah sama-sama berjuang menghidupkan kenangan melalui catatan tulisan.
Dari sahabat penamu :
azura zie (yang entah alasan apa dulu kamu memutuskan memanggilnya aa)
Ps : sudah selama ini berteman nepon mah baru sekali ya? :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)