Ini kisah segelintir orang yang menempuh jalan setapak menuju rumah Allah di kota ini. Pada waktu shubuh dini hari. Ini kisah tentang langkah kaki yang mulai ringan karena telah dididik menjadi kebiasaan rutin. Meski kelopak mata selalu saja berat terbuka. Udara pagi yang menggigilkan raga. Dan perseturuan antara hawa nafsu untuk tetap tidur dengan niat mencari ridho-Nya.
Ini kisah segelintir orang yang tidak kurang jemari untuk menghitung jumlah mereka. Tentang satu -dua pemuda dan sisanya 'pemuda-pemuda' yang pernah hidup di masanya. Berdiri tegak membentuk shaf yang lurus dan rapat. Mendirikan shalat dua rakaat.
Ini bukan kisah para ashabul kahfi yang mengasingkan diri menuju goa untuk menyelamatkan iman mereka. Sebab 'kelompok' kecil ini merdeka untuk mengimani Tuhannya. Tapi ini kisah segelintir orang yang menghidupi pagi. Menjadi contoh kecil bahwa ada yang lebih baik dari sekedar tidur terbuai mimpi. Shalat yang harus didirikan di waktu-waktu yang telah ditetapkan-Nya.
Sya bangga melihat laki2 yg usianya masih muda, tapi tak abai dlam menjalankan kewajibannya, shalat 5 waktu di masjid. Sungguh di zaman sekarang pemandangan seperti itu seperti oase yg menyejukkan mata dari gersangnya para muda-mudi yg larut dalam hingar bingar dunia.
BalasHapussholat lima waktu yang menjadi kewajiban sering kali bolong-bolong, dengan membaca peristiwa shubuh ini moga nggak bolong-bolong lagi nih
BalasHapus