Suatu siang di sudut pasar.
"Bernostalgia dengan masa lalu?" Ken membuyarkan lamunan Noir. Lagi-lagi sobatnya itu tertangkap basah tengah memperhatikan manusia keluar masuk pet shop. Di sana kucing-kucing terlihat lucu dan menggemaskan.
"Bulshit lah manusia-manusia yang mengaku pencinta kucing sejati blablabla.... Mana ada yang mau menampung kucing-kucing jelek kotor seperti kita. Lagipula buktinya kau...." Ken menggantungkan kalimatnya. Raut wajah Noir seketika menjadi tajam. Sensitif jika sudah menyinggung manusia. Ken bertekad membangunkan sobatnya dari mimpi di masa lalu.
"Hei tunggu No." Ken berusaha mengimbangi langkah Noir. Tertatih karena luka kakinya masih nyeri.
"Bergegas, Ken. Jangan terlambat." Tegas Noir tanpa menghentikan langkahnya.
"Hei, tadi siapa pula yang menghabiskan waktu melamun di tempat nggak berguna itu." gerutu Ken.
"Arah jam 12 Ken. Lapak ikan itu yang menjadi target kita." keduanya mempelajari situasi. "Jangan ceroboh seperti kemarin." Noir mengingatkan.
"Aye-aye, sir."
"Ingat! Kau cukup jadi pengalih perhatian. Aku yang eksekusi."
Ken selalu bertindak semaunya. Luka di salah satu kakinya sebagai bukti nyata kecerobohannya.
"Hari ini kau bosnya, sobat." Ken menyeringai melangkah ke tkp.
****
Hari menjelang siang. Suasana pasar semakin riuh oleh pembeli yang datang. Ibu bertubuh besar menjinjing tas belanjanya ke lapak pak tua. Penjual ikan terbesar di pasar ini.
Meow.
"Duh lucunya kucing ini." si ibu bertubuh besar membelai kepala kucing yang melendot manja di kakinya. Tentu saja kontras dengan wajahnya yang sebal. Menjadi pengalih perhatian seperti ini yang paling dibenci Ken. Kaki cederanya menjadi alasan.
"Bagilah ikan yang kecil satu pak tua. Kasihan kucing ini kelaparan.
Ken pura-pura mengeong manja.
"Tak boleh lah. Nanti itu kucing mengundang konco-konconya. Rugilah aku."
Setelah situasi dirasa aman Noir mulai beraksi. Menyelinap lincah. Perhatian pak tua terpusat ke si ibu bertubuh besar yang terus saja menawar.
Cekatan Noir menyambar satu bungkus besar ikan segar. Langsung melesat pergi setelah targetnya didapat.
Ketika misi sudah hampir sukses. Saat itulah Ken kembali mengacaukan situasi. Ken nekat ikut memboyong satu ikan mas besar yang sedari tadi menggiurkan. Pak tua kalap. Memaki-maki sambil mengacungkan pisau. Mengejar Ken.
Malang. Cedera memperlambat pergerakan Ken. Saat pak tua hampir menangkap Ken. Noir langsung memutar arah. Melompat cepat menyambar tali pengikat spanduk besar yang terpasang di depan lapak ikan. Spanduk lepas menimpa pak tua.
Noir dan Ken pun kabur meninggalkan pak tua yang panik gelagapan.
****
"Lagi-lagi kau mengacau, Ken." gerutu Noir menaiki anak tangga.
"Ayolah, sobat. Tadi itu seru. Aksimu seperti ninja hebat. Briliant!" ujar Ken mengangkat telapak tangannya. Mengajak tos. Alih-alih Noir malah menginjak luka kaki Ken yang kembali berdarah. Meninggalkan Ken yang mengaduh.
"Tingkah konyol apalagi yang kau buat Ken?" Chila menghampiri. "Wajah Noir sampai berlipat. Siapa lagi kalau bukan kau penyebabnya."
"Dia lagi-lagi memperhatikan toko kucing manja itu. Aku hanya ingin mengalihkan perhatiannya. Nggak lebih."
"Semua butuh waktu, Ken."
"Berulang kali aku bilang. Manusia nggak ada yang benar-benar suka kita. Itu omong kosong."
"Tindakanmu menambah kecemasannya Ken. Kita belum juga berhasil menemukan anggota NEKO yang di karungi kemarin." protes Chila.
"Sudahlah. Aku lapar. Bantu aku membawa hasil jarahanku ini."
"Bawa sendiri." Chila melengos kembali ke atas.
Ken melotot sebal. Mau tak mau kembali menggigit satu ekor ikan mas yang menjadi penyebab pertengkarannya dengan Noir.
****
"Hei, fren hasil jarahan besar itu kawan. Bakalan ada pesta nih." gurau Gotoh bos tikus yang sedang dipijat anak buahnya.
Noir acuh. Malas berbasa-basi.
"Bagaimana tawaranku kemarin? Aku bantu kerahkan anak buahku melacak keberadaan anggota keluarga......"
"Nggak perlu repot-repot mengotori tanganmu yang sudah kotor itu, Got. Aku bisa mengatasi masalah keluargaku sendiri."
"Hahaha tanggapan dingin seperti biasanya."
Di bangunan bekas kebakaran ini dua koloni ini berbagi ruang tinggal. Ruko tiga lantai yang luluh lantah oleh kobaran api.
Ada kesepakatan tak tertulis. Lantai dua adalah wilayah kekuasaan Gotoh, tikus got berbulu hitam pekat. Tubuhnya sama besar dengan Noir. Memakai penutup mata sebelah bak bajak laut. Konon katanya mata satunya juga hampir buta jika bukan karena Noir yang membantunya melarikan diri waktu pembasmian tikus besar-besaran di pasar.
Alasan itu yang membuat Gotoh benci sekali dengan manusia. Kesepakatan yang ditawarkannya tadi tidak lain untuk menggempur habis barang-barang pedagang di pasar. Noir menolak, karena bagaimanapun mereka masih membutuhkan pasar untuk mencari makanan.
Anak buah Gotoh ribuan tersebar di mana-mana. Markas mereka berantakan sekali. Sampah berserakan di mana-mana. Bau pesing menyengat. Tapi itu keuntungan untuk Noir. Bangunan itu sempurna terisolasi dari manusia. BIG GOTOH. Itu nama markasnya.
Dan di lantai paling atas adalah tempat Noir dan Ken berteduh. Menampung puluhan anak-anak kecil yang terlantar. Kucing-kucing yang sengaja di buang ke pasar. Setiap hari jumlahnya bertambah.
Noir dan Ken mendidik mereka agar dapat bertahan hidup. Dua tahun kebelakang Chila bergabung. Menjadi satu-satunya kucing betina yang dewasa. Anak-anak yang beranjak remaja, diajarkan strategi untuk membantu operasi di pasar. Mencari makanan. Salah satunya Motu dan kelompok kecilnya. NEKO TOWN. Itu nama rumah mereka.
Puluhan anak kucing menyambut hangat kedatangan Noir. Mereka riang sekali keluar dari tempat main masing-masing.
"Motu, kerja bagus untuk tim kalian hari ini. Bimbing adik-adikmu biar makannya tertib dan nggak saling berebut."
Motu mengangguk.
****
Sore itu, di depan pet shop yang sama. Noir tiba-tiba terpaku. Melihat majikannya dulu baru saja keluar pet shop menjinjing bayi kucing berbulu hitam. Mirip dirinya sewaktu kecil.
Kenangan itu berkelabatan. Remuk sudah harapannya. Harapan untuk kembali bersama manusia yang disayanginya.
"Tuh apa aku bilang." Ken menepuk jidat. Ia diam-diam mengikuti Noir yang keluar dari NEKO TOWN.
Pengenalan tokoh :
Noir : kucing berbulu hitam mengkilap. Berbuntut panjang. Kucing tercepat dan lincah. Sikapnya dingin. Tatapannya tajam. Tidak banyak bicara.
Ken : kucing hitam-coklat berbulu jabrik. Berbuntuk pendek melingkar. Kucing paling tahan banting. Ceroboh. Susah diatur. Banyak bicara. Setia kawan. Sejak kecil selalu jadi korban pembuangan antar pasar.