Kamu perlu tahu, Fa. Setelah pertemuan
kita yang kesekian. Sejak perkenalan yang aku yakin sudah ditakdirkan. Sebab kita sama percaya tidak ada yang
namanya kebetulan.
Saat itu juga
aku berharap, pertemuan ini tidak hanya sekedar siklus alamiah yang
melatarbelakangi datang dan perginya seseorang dalam keseharian kita.
Perkenalan ini ada dalam rencana jangka panjang-Nya.
Sudah menjadi
suatu yang lumrah, ketika sedang terjadi sesuatu yang menarik. Orang yang
pertama kali ikutan sibuk adalah sahabat terdekat kita. Mulai ‘rese’ merasa
perlu ikut terlibat di dalamnya. Tidak ketinggalan perihal pertemuan itu.
Barangkali itulah sisi menyenangkan memiliki sahabat yang baik. - Meski kadang juga agak sedikit menyebalkan.
Hehe…
Suatu ketika
sahabatku mulai kambuh tingkat kekepoannya.
“Siapa dia
yang beruntung itu?” pertanyaannya mau tak mau mengusikku.
Aku mendongak
malas, mengerutkan dahi. Pura-pura tidak mengerti arah pertanyaan itu. Lalu
acuh, kembali berusaha khusu’ meneruskan petualangan seru,
menyimak Holmes menelusuri benang merah bersama rekannya, Dr Watson. Hei,
tak lihatkah aku sedang sibuk membaca?
“Siapa dia
yang berhasil membuatmu kembali jatuh.” Sambil menutupi halaman buku dengan
kedua telapak tangannya.
“Setelah
sekian lama bertahan dengan kenyamanan, bertahan dengan dirimu sendiri?”
Aku melotot
pura-pura sebal. Yare-yare anak satu ini memang kalau sudah
penasaran akan terus-terusan meneror. Dan aku tahu benar hal apa yang telak
membuatnya penasaran.
“Lagi nggak
ada kerjaan ya?” aku kembali membuka halaman baru.
“Jangan pelit
deh.” Dia mulai merajuk.
Aku menahan
tawa. Merasa berhasil mengerjainya.
Ini bermula
tidak lama setelah beberapa menit lalu, aku iseng mengganti stasus bbm dengan
beberapa kata kiasan :
hati yang kembali berdesir.
Rupanya
sepotong kalimat itulah yang menumbuhkan rasa penasarannya. Karena ia tahu, aku
lelaki seperti apa. Ia merasa sudah hafal benar bagaimana suasana hatiku dan
segala macam bentuk perasaan yang ada di dalamnya. Bahkan baru-baru ini, ia
berhasil mendeskripsikannya lewat kata-kata:
hatimu itu
terlalu keras kepala untuk jatuh cinta. Tapi sekalinya terjatuh, akan
sejatuh-jatuhnya.
Itu kesimpulan
yang ia ambil sejauh ini, ketika tahu, setelah sekian lama, aku masih saja sibuk
dengan diri sendiri. Tidak terlihat tertarik ingin merasakan rasa kepunyaan
orang lain. Meskipun aku akui kalimat itu sedikit ada benarnya.
Dan untuk kali
ini tebakannya kurasa benar. Memang beberapa hari yang lalu, ada selintas
debar-debar yang berbeda, mendesirkan hati. Sedikit mengusik perasaan. Entah
itu namanya apa. Siapa yang tahu?
Awalnya aku
kira itu hanya sekedar kekaguman biasa. Seperti halnya kamu merasa tiba-tiba
suka dengan seseorang di pandangan pertama. Di pertemuan yang tidak terduga.
Sepintas saja, hanya bertemu di perjalanan. Keesokan harinya rasa itu hilang
karena memang tidak lagi ada pertemuan. Awalnya aku kira sesederhana itu.
Ternyata aku
keliru. Lalu menurutmu, Fa. Jika itu terjadi di pertemuan kedua, dan aku
merasakan desiran yang sama - bahkan
lebih kuat. Itu namanya apa? jika kamu dapat menyimpulkannya, segera
beritahu sahabatku itu ya, agar ia berhenti menerorku dengan
pertanyaan-pertanyaannya.
Itu pun jika
sekiranya kamu sudah sampai membaca tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)