Kamu tahu, Fa. Kucing adalah hewan
yang paling hafal jalan pulang. Insting untuk kembali ke tempat asal mereka
berada sangatlah tajam. Bisa dipastikan mereka tidak akan tersesat.
Keluargaku termasuk orang-orang
yang suka sekali dengan binatang. Apalagi kucing. Sejak kecil, kucing akan
silih berganti, datang, menetap dan pergi dari rumah. Entah sudah berapa
ekor kucing yang menjadi ‘teman’ bermain kami. Mulai dari si Manis – karena
bulunya orange, si Panjang – adiknya si manis berbuntut panjang,
si Bungsu – paling kecil dan paling manja. Nasibnya malang karena
pernah kecebur ke dalam sumur. Si Nenek-nenek – ibu dari ketiga
kucing tadi. Benar-benar asbun sekali ya memberi nama
untuk mereka.
Ada juga yang namanya Si Ucil yang
mati tragis ketabrak mobil. Dan entah siapa lagi nama-nama mereka aku sudah
lupa. Yang terakhir dan masih ada di rumah sampai sekarang namanya si Frei.
Ini mungkin ‘terlalu’ keren untuk nama seekor kucing
Suatu hari mama memintaku ‘buang’
Si Ucil. Karena kucing satu ini paling susah diatur. Sudah besar buang
kotorannya masih sembarangan. Suka sekali mengasah cakarnya
ke sofa. Dan mama sudah terlanjur sebal dengan ulahnya. Menurut mama, ia
sudah waktunya mau cari makan sendiri. Bukan numpang hidup di rumah kami
lagi.
Kamu pasti pernah dengar, syarat
buang kucing itu harus ditutup matanya. Orang-orang malah ada yang tega
sekali kucing-kucing itu di karungin. Sebab kalau mata mereka
masih terbuka. Masih melihat jalan yang di lalui. Sejauh apapun itu, cepat
atau lambat mereka pasti akan kembali ke tempat semula.
Saat itu, meski dengan perasaan
tidak tega, aku menggendong si Ucil sambil menutup matanya dengan telapak
tangan. Berkali-kali berusaha ngebuang kucing itu ke tempat
yang menurutku cukup jauh untuk ia ingat.
Sayangnya usaha itu gagal total.
Meski yang terakhir kali sengaja benar mengambil jalan yang berputar-putar,
naik-turun. Setelah itu berlari sekuat tenaga untuk menghilangkan jejak.
Tetap saja keesokan harinya suara ‘ngeong’nya kembali ada di depan pintu
meminta makan. Entahlah, padahal aku sudah pastikan menutup matanya dengan
telapak tangan. Barangkali insting yang menjadi mata keduanya.
Begitulah, Fa. Kucing adalah hewan
yang paling hafal jalan pulang. Sejauh apapun ia bermain, keluar rumah dengan
kehendaknya sendiri. Atau dipaksakan pergi dari tempat yang ia sukai. Tempat
yang membuat nyaman untuk ditinggali. Pada akhirnya jika ia mau, mudah
untuknya kembali lagi.
Seharusnya kita belajar seperti
kucing. Selalu tahu dimana tempat untuk kembali. Sesuai keinginannya. Sesuai
kemauan hatinya. Seharusnya kita belajar seperti kucing. Selalu tahu arah
pulang.
Kucing yang tidak tersesat untuk
kembali menuju rumah.
|
Semua mimpi tertuang dalam pikiran, seluas dunia Lakaran Minda, di ruang yang lebih nyata.
Oktober 08, 2015
TITIKTEMU - PULANG
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)