…………………………………………………………………..
titik, 1 butir air atau
barang cair yg jatuh menetes; 2 keluar berbutir-butir atau setetes-setetes; 3
noktah sbg tanda baca di akhir kalimat berita atau yg dibubuhkan di atas huruf
/i/ dan /j/ ;
titik temu, 1 titik tempat
terjadinya pertemuan dua garis; 2 titik tempat terjadinya kesesuaian pendapat;
…………………………………………………………………………………
B
|
egitu yang dikatakan oleh
KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Ketika
aku menyakan tentang makna titik temu. Lalu timbul pertanyaan baru, apa yang
menjadi sebab pertemuan kedua titik itu? Serendipity: semacam kebetulan yang menyenangkan? Mungkin. Meskipun aku tak
percaya dengan kebetulan-kebetulan.
Lalu di
mana kopi darat mereka akan
dirayakan? Ah kenapa pula jadi pertanyaan beruntun?
Waktu
yang berkuasa menjawab. Takdir yang menentukan sebab. Skakmat!
Titik temu. Bukankah akan lebih sederhana jika mulai saat
ini kita sebut saja titik temu itu, titik di mana kita mulai belajar saling
memahami sesuatu.
Memahami
apa-apa yang ada di diri dan tersembunyi dalam hati. Sesuatu atau banyak hal
ini itu yang kita mulai saling sepakati. Menjadi satu titik asa. Satu muara
tujuan yang senada. Dalam jalur perjalanan yang sama.
Dan untuk
itu, bukankah kita harus saling tahu? Tentu tidak keberatan jika aku lebih
banyak tahu tentangmu.
“Jawab
dulu. Tanya kemudian. Deal?” Aku
menunggu pesanku terkirim. Signal
sedang naik turun di tempatku.
“Deal.”
Baiklah
nona interview ini kita mulai.
Sepertinya akan cukup panjang. Masih ada waktu kalau mau untuk sedikit
menyiapkan cemilan.
“Gunung/Pantai.”
“Gunung.” Ya aku
tahu itu.
“Baca buku/Nonton film.”
“Baca buku.” Masa?
Setahuku banyak buku yang nyaris tak selesai
kamu baca. Ngaku aja!
“Buku/Musik.”
“Musik.” Tentu
saja.
“Sunset/Sunrise.”
“Sunset.” Kita pernah bahas lebih detail soal ini.
“Hitam/Putih”
“Hitam.” Baik.
Catet.
“Berada dalam gelap gulita/ketinggian.”
“Gelap gulita.” Wow!
“Nyaman
dalam keramaian/Sepi menyendiri.”
“Sepi
Menyendiri.” Ketok palu.
“Pagi/Malam.”
“Pagi.”
“Matematika/Sejarah.”
“Sejarah.”
Masa sih?
“Teh
hangat manis/Es teh manis.”
“Teh
manis hangat.”
“Cokelat/Es
Krim”
“Es krim
rasa cokelat hehe…”
“Dasar. Oke
sudah cukup nona untuk hari ini. Terima kasih untuk jawabannya.”
“Lebaaaaay…. Jadi untuk apa
pertanyaan-pertanyaan itu?”
“Sekedar
mencari tahu sebanyak apa point-point yang tadi kutanyakan, contrengnya sama.”
“Untuk?”
“Ya kalau dibagian yang sama, suatu saat kita
bisa duet kan ngejalaninya? Pasti jadi lebih seru.”
“Lalu?
Banyak yang cocok?”
“Lumayan,
selain 3-5-8-9. Selebihnya sama. Kecuali yang terakhir ya jawabanmu keluar dari
jalur.” Hihi sedikit ngerjain biar dia buka ulang soal-soal tadi.
“Dari
mana kamu yakin di antara semua jawaban yang aku pilih tadi nggak ada yang
mengecoh kesimpulanmu?”
“Nggak
apa-apa. Justru kalau ada yang berbeda bukannya bisa jadi selingan sewaktu-waktu
kalau salah satu dari kita ada yang jenuh?”
“Umm… boleh
juga.”
Hei….
Bukannya baru saja kita sepakati sebuah titik temu? Dan ini baru permulaan.