Fa, lama sekali aku
tak menyapamu. Menyapa dalam artian yang sebenarnya. Sebab doa bentuk lain dari
menyapa bukan? Untuk doa, namamu sudah menjadi kebiasaan, kusebut tanpa
ketinggalan.
|
Untuk
kali ini aku tak akan menanyakan kabar. Sebab, aku sedang tidak ingin banyak
bertanya. Biar aku yang memberimu kabar. Kamu hanya perlu duduk manis
membacanya. Aku yang akan bercerita banyak hal. Tentang keresahan-keresahan
dalam pikiran. Tentang segala macam bentuk uneg-uneg
yang segera ingin dimuntahkan. Tentang
perasaan-perasaan yang sudah memohon untuk segera di merdekakan.
Tentang
suasana yang belakangan ini membuatku jenuh. Tentang rutinitias monoton yang
hampir membuatku lelah. Dan aku ingin menceritakan itu agar semangatku kembali
penuh.
Kamu
tahu, membaca dan menulis bagiku salah satu ‘obat’ untukku mengusir gundah. Sebagai
sarana katarsis. Semacam penyalur melepas emosi. Bahkan aku sudah berencana
ketika usia menua nanti, dua kegiatan itu yang akan mengisi hari-hari selain
ibadah. Kala senja sembari menikmati cemilan dan secangkir teh. Aku harap kamu
tidak akan keberatan. Sebab aku memang ingin sekali banyak bercerita kepadamu.
Menghabiskan banyak waktu bersamamu.
Dengan sedikit-banyak menyita perhatianmu. Dengan memintamu membaca
keresahan-keresahanku.
Fa,
rangkaian tulisan ini seperti halnya sebuah perjalanan. Perjalanan yang
mengikutsertakan harapan. Dengan membacanya anggap saja aku sedang memintamu
menjadi teman perjalanan. Bersama kita melangkah menuju titik tujuan. Dan akan
aku mulai dengan alasan paling masuk akal ketika kembali menyapamu. Apalagi
kalau bukan, rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)