"Sudah hampir 1/2 perjalanan ya. Betapa singkat waktu itu terasa. Tapi rasanya belum banyak bekal kebaikan yang kita bisa bawa."
"Maksudmu? Tempat yang kita tuju sebentar lagi sampai?" Lam mengambil ransel. Siap untuk langkah kami berikutnya. Setelah beberapa menit beristirahat. Kami memang sedang dalam perjalanan ke suatu tempat.
"Yang ku maksud Ramadhan, Jim. Belum banyak yang sudah kita lakukan kan?"
"Kau benar, Lam. 15 hari waktu yang singkat untuk memperbaiki diri. Aku merasa masih menjadi ulat. Belum berproses membentuk kepompong. Apa akan cukup sisa waktunya untuk bermstamorfosis menjadi makhluk yang lebih indah nantinya?"
"Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Perjalanan kita kali ini dan perjalanan kita mengisi Ramadhan bisa dikatakan memiliki proses yang sama. Meskipun dalam cakupan butuh waktu yang berbeda."
"Maksudmu?"
"Dalam setiap perjalanan, sedikitnya kita membutuhkan bekal toh? Niat, tekad, keberanian & tentunya tujuan. Perjalanan hari ini, kita sudah pastikan menggenggam kebutuhan itu. Bekal di ranselku. Niat, tekad, keberanian sudah pasti. Buktinya kita sudah sejauh ini melangkah. Tujuan kita jelas arah dan kita bisa prediksi waktu sampainya."
Aku mengangguk. Menunggu perkataan Lam berikutnya.
"Awal Ramadhan kemarin juga menurutku begitu. Kita sudah punya bekal pengalaman Ramadhan sebelumnya. Minimal modal rasa gembira menyambutnya. Niat dan lain-lain setiap hari kita perbarui. Yang membuat kita kuat sampai waktu buka. Tujuan jelas kita pasti memilikinya dalam hati masing-masing. Taqwa. Dan waktunya juga sudah ditetapkan. Satu bulan penuh."
Lam menghela napas. "Tapi ada perjalanan yang lebih aku khawatirkan, Jim."
"Apa itu?" aku mengerutkan dahi.
"Perjalanan yang kita tidak ketahui batas waktunya. Yang tidak kita ketahui sampai kapan kesempatan memenuhi bekalnya."
Dahiku lebih berlipat-lipat.
"Umur, Jim. Perjalanan kita selama di dunia. Kita tidak tahu apakah sudah setengah perjalanan. Atau malah hampir sampai batasnya. Jangan-jangan kita sudah mau kehabisan bekal ini."
Seketika aku merinding mendengarnya.
"Jangan berputus asa dari Rahmat Allah, Lam. Kesempatan memperbaikinya selalu ada di setiap detik. Setiap hela napas. Bukankah begitu?" aku menasihati diri sendiri.
"Ya kau benar, Jim."
Dan perjalanan kami hari ini pun sampai pada tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)