Mari kita mencari target kita
yang terakhir. Kita menuju kantin kampus. Hanya ada beberapa mahasiswa yang
masih nongkrong di sana.
Di depan gerobak mamang mie ayam,
ada sepasang kekasih yang minggu lalu baru melangsungkan pernikahan. Keduanya
dosen muda di kampus ini. Mereka saling jatuh cinta dengan cara yang unik.
Awalnya si perempuan tidak tertarik sekali dengan si lelaki. Satu karena faktor
usia yang lebih muda darinya. Kedua merasa risih kalau harus berhubungan dengan
orang dalam satu lingkungan. Tapi lain hal dengan si lelaki, ia cukup percaya
diri jatuh cinta dengan perempuan yang diam-diam ia suka.
Mereka tidak pernah saling
bicara, meski si lelaki percaya diri sudah jatuh cinta. Tapi rupanya ia tidak
terlalu berani jika harus mengungkapkan isi hatinya langsung di depan orangnya.
Ia menunjukkan dengan gelagat yang sayangnya malah ditangkap mencurigakan di
mata si perempuan.
Si mamang mie ayam inilah saksi
mata proses terjalinnya cinta di antara keduanya. Setiap habis makan mie ayam,
si perempuan merasa heran karena dibilang tidak perlu membayarnya. Awalnya ia
senang-senang saja, siapa juga yang tidak senang dapat makanan gratis. Ia pikir
mungkin si mamang lagi ulang tahun hari ini.
Ternyata esok harinya kejadiannya
terulang. Si mamang masih tidak mau menerima uang pembayaran mie ayamnya.
Ketika si perempuan menanyakan alasannya. Si mamang hanya bilang kalau mie
ayamnya sudah ada yang bayar. Meski tidak memberitahukan oleh siapa. Si
perempuan tidak menemukan siapa-siapa kecuali dosen laki-laki yang ia kenal
tidak banyak bicara sedang makan mie ayam di bangku yang lain. Tidak mungkin
pikirnya, mereka belum saling kenal.
Begitu juga hari-hari berikutnya.
Meski si perempuan mulai heran, dan bertanya-tanya siapakah yang membayar mie
ayamnya, tapi ia tidak punya pilihan karena di kantin kampus hanya mie ayam
satu-satunya makanan yang ia suka untuk mengganjal perutnya ketika jam
istirahat mengajar.
Si perempuan mulai curiga kepada
dosen laki-laki pendiam itu. Sebab setiap ia makan mie ayam hanya lelaki itu
yang berada di sana. Dengan sikap tidak pedulinya.
Si perempuan itu mengambil dua
lembar uang seratus ribuan dari dompetnya. Kemudian menghampiri si lelaki
pendiam itu. Sambil berkata,
“Ini uang mie ayam selama dua
minggu ini aku kembalikan. Sebelumnya terima kasih.” Si perempuan menyodorkan
uang tersebut. Tapi si lelaki pendiam itu hanya menoleh dingin tidak
mengambilnya. Si perempuan acuh saja menyimpan uang itu di meja kemudian pergi.
Karena ia memang yakin lelaki itulah yang selama ini membayarkan pesanan mie
ayamnya.
Dan seminggu berikutnya tetap
saja kejadiannya berulang. Si mamang tetap tidak mau mengambil uang dari si
perempuan. Lelaki pendiam itu tetap makan mie ayam di tempat biasa dengan sikap
tidak pedulinya. Awalnya si perempuan tidak ambil pusing, yang penting ia masih
bisa menikmati mie ayam kesukaannya. Biarlah mungkin memang ada orang yang
dermawan. Begitu pikirnya.
Tapi lama-lama si perempuan
merasa tidak enak hatinya, ia menduga jangan-jangan memang bukan lelaki itu
yang selama ini membayarkan mie ayam pesanannya. Kalau memang benar bukan,
pastinya ia malu karena sudah salah sangka. Atau jangan-jangan orang itu malah
tersinggung.
Karena merasa tidak enak itulah
akhirnya si perempuan menghampiri si lelaki pendiam itu untuk kedua kalinya.
“Maaf kalau sudah mengganggu
lagi. Dan maaf untuk sikap yang waktu itu.” Si perempuan terus bicara walaupun
ia tahu tidak akan ditanggapi. “Entah siapa yang sudah berbaik hati membayarkan
mie ayam pesanan saya beberapa minggu ini. Mungkin mulai esok dia tidak perlu
lagi melakukannya. Karena mungkin ini pesanan mie ayam saya yang terakhir. Maaf
sekali lagi kalau sudah mengganggu anda.” Dan ketika baru saja si perempuan itu
mau melangkah pergi, tiba-tiba lelaki pendiam itu mengeluarkan suaranya.
“Maukah menikah denganku?” entah
dari mana datang keberanian itu. Sambil berdiri si lelaki mengungkapkan
pertanyaan yang sudah dua minggu ini menyita pikirannya. Meskipun masih
bergetar kedengarannya menahan gugup.
Si perempuan menoleh, mengerutkan
dahi tidak mengerti.
“Kalau tidak keberatan uang
bayaran mie ayam selama kamu makan di sini, aku ganti dengan ini.” Si Lelaki
menyodorkan sepasang cincin lengkap dengan tempatnya yang cantik.
Uang bayaran mie ayam selama ini?
Si perempuan masih diam saja mematung, tidak mengerti dan sedikit terkejut.
“Maaf kalau sudah membuatmu
bingung. Sejujurnya semenjak kamu pertama kali memesan mie ayam di sini, aku
sudah merasa nyaman melihatmu duduk dan menikmatinya. Sekalipun kita tidak ada percakapan
apa-apa. Aku terlalu gugup untuk membuka obrolan dan mencoba berkenalan.” Kata
lelaki itu dengan suara lebih tenang dan lancar. “Memang aku yang selama ini
berinisiatif membayar pesanan mie ayammu. Meminta tolong sama si mamang.
Kedengarannya memang aneh, tapi aku hanya ingin memastikan kamu setiap harinya
ke sini. Duduk menikmati makananmu.”
Si perempuan menelan ludah.
Sejujurnya beberapa hari kemarin ia pun mulai mencari tahu tentang si dosen
lelaki yang terkenal pendiam ini. Ia sedikit tertarik dengan kepribadiannya. Dan
tidak menyangka sama sekali kalau hari ini akan mendengar penuturan yang
mengejutkan itu.
“Bagaimana, mau kah kamu menikah
denganku? Biar esok lusa kita bisa menikmati mie ayam bersama.”
Si Perempuan hanya diam dan
tersenyum. Bukankah setiap harinya
begitu? kata hatinya yang mulai tumbuh cinta.
Begitulah ceritanya. Seminggu
kemudian pasangan pelanggan mie ayam tetap si mamang ini menikah. Rupanya si
lelaki benar-benar percaya diri dengan jatuh cinta ke pada perempuan itu,
sampai dari jauh-jauh hari sudah menyiapkan semuanya.
Apa kesimpulan yang bisa kita
dapat? Bahwa sama halnya dengan aktivitas membaca maupun menulis, bersama
dengan seseorang yang kita cintaipun adalah dunia pribadi itu sendiri. Tempat yang
nyaman berlama-lama di dalamnya. Meski sekalipun dinikmatinya dengan hanya diam.
Tidak ada pembicaraan apa-apa.
Itulah tiga diantara pengalih
perhatian seseorang. Dunia pribadi yang menjadi tempat yang nyaman buat mereka.
Tentu masih banyak pengalih perhatian yang lain tergantung dengan kebiasaan
masing-masing.
-------------------------------------------------------------
Lalu kalian pernahkah terpikir betapa nyamannya ketika ketiga contoh pengalih perhatian itu sedang berlangsung di suasana, waktu yang bersamaan. Membaca, menulis, dan bersama yang dicintai. Betapa beruntungnya bisa mengalami semua itu. Seolah kau sedang melambung ke dunia pribadimu dengan sangat istimewa. Terhisap masuk ke dalamnya dengan begitu menakjubkan. Khusuk menikmati kesempatan itu semua. Seolah yang berada di luar lingkungan tersebut tidak lagi penting untuk ditanggapi.
Bisakah kau mengusahakan memperoleh semua itu di sepertiga malammu. Ketika waktu sedang tenang, tidak bising, nyaman dalam kesendirian. Sepi dalam kesunyian. Membaca ayat-ayatNya. Menulis doa-doa terbaik dengan air mata di atas bentangan sajadah yang kau punya. Bercakap-cakap dengan yang Maha Cinta dan mencintai makhluknya. Bisakah kau mengusahakan memperoleh kesempatan itu?
Bisakah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)