Setiap orang pasti memiliki dunia
sendiri dalam hidupnya. Sebut saja pengalih
perhatian. Menjadi tempat yang paling nyaman berlama-lama berada di
dalamnya. Ia seakan tenggelam menikmati dunia itu seorang diri. Dan merasa
tidak nyaman jika ada pihak lain yang mengganggu.
Mari kita uji sederhana perihal
teori di atas. Minimal tiga buah kesimpulan yang harus kita dapat.
Masuk ke perpustakaan paling
besar di kota ini sepertinya pilihan paling bagus untuk mulai mendiagnosanya. Banyak
target yang kita bisa jadikan kelinci percobaan di sana.
Seperti biasa suasana
perpustakaan meski terlihat ramai dengan banyak pengunjungnya, tapi tetap saja
terdengar sepi. Semua sudah larut dalam buku masing-masing. Tidak banyak suara –hanya
sesekali suara halaman buku yang dibalik. Sudah pasti perpustakaan memang
tempat yang nyaman untuk membaca. Apalagi ini yang terbesar dengan koleksi
buku-buku yang beragam.
Di sudut perpustakaan dekat
jendela, terlihat seorang perempuan dengan rambut sebahu sedang tenggelam
dengan novel favoritnya. Itu novel terbaru dari penulis yang ia gemari
karyanya. Di atas meja terdapat sebuah ponsel dan tas. Dia target uji coba kita
yang pertama. Dengan sampel: aktivitas
membaca.
Perempuan itu tidak meminjam
koleksi buku dari perpustakaan ini. Ia baru saja membelinya di toko buku
terdekat. Dan memutuskan untuk menumpang membacanya di perpustakaan ini.
biasanya jika sudah selesai membacanya, buku itu ia sumbangkan untuk menambah
kelengkapan koleksi buku di perpustakaan ini. Biasanya begitu.
Ini menarik sekali. Teorinya
penunjangnya adalah : bagi orang yang
gemar membaca. Saat-saat sendiri, tidak bising, suasana tenang dan sebuah buku
adalah kombinasi paling sempurna untuk menikmati bacaannya. Itu sudah masuk
hitungan dunia pribadinya. Salah satu bentuk kenyamanannya.
Mari kita mulai uji target kita
ini. Perempuan itu menoleh ke ponsel yang bergetar di atas meja. Ada nomor yang
tidak dikenal menghubunginya. Tentu saja mudah mendapatkan nomor pribadi target
kita ini. Penjaga perpustakaan menyediakan buku tamu. Berupa nama, alamat, buku
yang dibawa, buku yang dipinjam, buku yang dikembalikan dan nomor yang bisa
dihubungi.
Perempuan itu tetap membaca,
tidak menghiraukan panggilan itu. Kembali ponselnya bergetar. Di telpon dengan nomor
yang sama. Tetap hanya dilihat. Tidak diangkat, malah ponselnya ia masukkan ke
tas agar getarannya tidak mengganggu aktivitas membaca. Ia enggan menganggkat
telpon dengan dua alasan. Pertama: nomor tidak dikenal, jika memang penting
pasti orang itu akan meninggalkan pesan lebih dulu. Itu salah satu
kebiasaannya. Enggan mengangkat nomor asing. Kedua: novel yang sedang ia baca
hanya tinggal beberapa lembar, dan sedang seru-serunya. Mana mau ia diganggu
dengan hal-hal seperti itu.
Baik sampel kita yang pertama
sudah mendapat kesimpulan. Mari kita mencari target selanjutnya. Kita akan
menuju ke taman dekat dengan gedung perpustakaan terbesar di kota ini. Biasanya
ada beberapa mahasiswa menunggu kelas berikutnya sambil menulis di sana.
Di salah satu bangku taman, ada
seorang mahasiswa yang sedang terlihat mengetik. Mungkin ia sedang dikejar deadline tugasnya. Atau mungkin hanya
sekedar menulis artikel untuk blog pribadinya. Dia lah target kita yang kedua.
Dengan sampel: aktivitas menulis.
Teori penunjangnya adalah: bagi seseorang yang suka sekali menulis,
ketika ia melakukan aktivitas itu. Otomatis seluruh perhatiannya akan terpusat
ke satu titik. Imajinasi. Memindahkan gagasan yang ada di pikirannya dalam
bentuk rangkaian kata-kata. Dan sudah tentu ia juga memerlukan suasana yang
mendukung. Tidak terlalu ribut, tenang, nyaman dan tidak ada yang mengganggu.
Ini sudah bisa masuk kategori dunia pribadinya. Beberapa menit kedepan ia akan
tenggelam dalam tulisannya.
Mari mulai uji target kedua kita
ini. Salah satu agen kita akan menghampirinya, dan berpura-pura menjadi seorang
sales yang datang menawarkan barang. Ini pasti jadi menarik. Pertama-tama sales
itu akan menyapanya, mengucapkan selamat siang. Kemudian memperkenalkan diri.
Lihatlah bagaimana ekspresi mahasiswa itu ketika sedang asyik menulis tiba-tiba
ada orang asing yang datang mengganggu. Pasti imajinasinya tiba-tiba buyar.
Perhatiannya akan terbagi.
Lelaki itu menolak dengan halus ketika
tahu yang datang adalah sales mau menawarkan barang. Ia bilang mohon maaf belum
minat. Tapi agen sales ini tidak menyerah begitu saja. Ia terus saja mengoceh
menjelaskan keuntungan barangnya. Mahasiswa ini sudah mulai kusut wajahnya,
memperhatikan jam tangan. Kemudian tanggannya merapikan laptop dan menyambar
tasnya. Bilang permisi ke agen sales kita kalau ia sudah ada kelas berikutnya.
Kesimpulannya jelas bukan? Seseorang
yang gemar menulispun menjadikan aktivitasnya itu sebagai dunia pribadinya.
Yang nyaman berada di dalamnya seorang diri tanpa ingin ada yang mengganggu.
Baru dua contoh yang telah diuji. Silakan lanjut baca di post berikutnya agar tidak terlalu panjang.
Baru dua contoh yang telah diuji. Silakan lanjut baca di post berikutnya agar tidak terlalu panjang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)