Salam hangat untuk pembaca sekalian yang bijaksana. Selamat datang di
kampus Hijaiah. Kampus Paling gaul –dalam artian positif. Tidak pernah
tergerus oleh zaman yang semakin modern. Kampus istimewa yang pernah ada
di dunia. Kampus yang banyak melahirkan generasi-generasi terbaik pada
zamannya. Kampus masa depan yang menjanjikan kehidupan. Tapi bukan
seperti kampus-kampus yang kalian kenal. Ini kampus yang berbeda.
Ups...
saya sudah seperti bagian promosi kampus saja, yang biasanya
menyebarkan brosur-brosur ke adik-adik kelas sekolah menengah atas.
Kapan lagi kalau bukan setelah ujian akhir sekolah. Tentu tidak, saya
berada di sini bukan berperan sebagai itu. Tidak akan memperpanjang
bahasan tentang kampus dan segala macam program-program pembelajaran bla
bla bla-nya.
Di sini saya akan menceritakan segelintir
murid-murid terbaik kampus Hijaiah. Yang tengah berjuang dengan mata
kuliah kehidupannya. Anggap saja ketika sedang melihat-lihat ruangan
arsip kampus, dengan tidak sengaja menemukan database mereka. Dan saya
iseng membacanya.
Ssst... sebenarnya bukan begitu, saya
memang sengaja mencari tahu profil mereka satu persatu. Ini misi khusus.
Sangat rahasia. Jadi kalian sebagai pembaca yang bijaksana, bacanya
pelan-pelan saja ya. Diam-diam.
Siapa saja mereka?
Sebenarnya saya lebih fokus ke empat orang. Dua laki-laki. Dua
perempuan. Dengan sifat dan karakter yang berbeda. Tapi memiliki
kepemahaman yang sama dalam mengisi hidup. Hari ini harus selalu lebih
baik dari hari kemarin. Itu prinsip mereka.
Kalian juga
ingin tahu lebih dalam tentang mereka? Baik kita urai profilnya satu
persatu. Mumpung ruang arsip masih lengang. Belum pada pulang dari jam
istirahat. Aha... sejauh ini amaaan.
Murid pertama bernama
Lam. Anak sulung dari keluarga emak Nun dan abah Tanwin. Memiliki adik
laki-laki bernama Alif, berusia lima tahun. Di umur segitu, Alif sedang
tumbuh dengan keingintahuan yang besar. Apa saja ditanyakan. Semua hal
dibanding-bandingkan. Nah, esok-lusa sangat menarik sekali kalau kita
‘mencuri dengar’ tentang bagaimana seorang kakak menjawab pertanyaan
adiknya yang kritis dan tak terduga. Bagaimana Lam menyikapi
keingintahuan Alif dan menjawabnya dengan pemahaman-pemahaman yang baik.
Seru sekali pastinya.
Lam memiliki sifat pendiam dan agak
kaku. Berpenampilan sederhana. Tidak banyak bicara, tapi terlihat
tindakannya. Dan sekalinya mengeluarkan pendapat, semua orang akan
mendengarkan dengan penuh perhatian. Seperti tidak ingin melewatkan satu
kata pun yang keluar dari pemikiran seorang Lam. Makanya di acara-acara
penting yang digelar kampus, Lam menjadi sorotan banyak mata. Tidak
heran jika ia diangkat menjadi ketua KAF di kampus Hijaiah. Komunitas
Alif Fathah dengan lambang A dalam tulisan arab. Sebuah komunitas
sentral yang membawahi komunitas kecil lainnya yang ada di kampus.
Tentang KAF ini nanti kita bahas lebih detail.
Baiklah
lanjut ke profil murid yang kedua. Namanya Jim. Semenjak kecil hanya
tinggal dengan kakek neneknya. Dan beberapa bulan ini ia suka tinggal
bersama keluarga abah Tanwin, berbagi kamar dengan Lam. Jim tidak
terlalu memperhatikan penampilan. Rambut yang gondrong dan jarang
disisir. Ke kampus tidak pernah membawa modul materi kuliah. Tapi kalau
soal daya menghafal, Jim jagonya. Jim tumbuh menjadi pemuda yang sedikit
liar, tapi tetap menjaga aturan-aturan yang ditetapkan agama. Liar tapi
tahu batasan yang diperbolehkan dan yang dilarang. Ia bertanggung jawab
dengan segala perbuatannya. Tidak pernah takut apapun selagi ia merasa
benar.
Jim hobi sekali berpetualang, jalan kaki.
Menelusuri tempat-tempat yang belum pernah ia datangi, sambil memotret.
Hasil jepretan kameranya patut diperhitungkan. Ia tidak segan bertanya
banyak hal kepada semua orang yang ia temui. Keingintahuannya besar.
Baginya, semua yang ia temui adalah pembelajaran yang baik. Salah
satunya dari pengalaman orang lain. Makanya akan sangat menarik kalau
kita diam-diam membuntuti Jim. Kita akan menemukan hal-hal yang berbeda
yang selama ini mungkin kita belum tahu. Meskipun akan sedikit cape
karena ya itu, jalan kaki.
Sekarang kenalkan murid kampus
Hijaiah yang ketiga. Si perempuan berkaca mata. Dikenal dengan panggilan
Fa. Di mana ada buku di situ ada Fa. Ke mana-mana selalu membawa buku.
Ia gemar sekali membaca. Tentang apa saja. Mudah menemukannya, datangi
saja perpustakaan kampus, perpustakaan besar di pusat kota atau toko
buku langganannya.
Tidak banyak yang tahu tentang Fa. Ia
sangat tertutup. Tidak mudah ditebak dan selalu tersenyum. Dunia Fa
selalu ceria di mata orang-orang. Meskipun tidak ada yang tahu kalau ia
sedang sendirian. Ia juga pandai menulis. Pengisi rutin rubrik cerpen
mading kampus Hijaiah. Cerpennya banyak digemari. Meskipun mereka tidak
tahu kalau itu tulisan Fa. Si kutu buku. Ya, Fa tidak pernah
meninggalkan nama pada setiap tulisannya, sekalipun nama pena. Mudah
saja memasukkan cerpen itu ke mading, karena ia salah satu pengurusnya.
Fa
selalu terbuka ketika seseorang membutuhkan tempat untuk bercerita. Ia
pendengar yang baik. Perangkul yang hangat. Pemikirannya dewasa.
Meskipun ia sadar betul betapa keras kepalanya ia. Bisa dibilang Fa
adalah ikon muslimah sejati di kampus Hijaiah. Meskipun banyak juga yang
masih beranggapan penampilan Fa itu kuno. Tidak masa kini. Mereka
segelintir murid kampus yang belum memahami pentingnya menutup aurat
yang sesuai dengan syariat sebagai muslimah. Fa tidak terganggu dengan
pendapat miring tentangnya itu.
Siap-siap saja kalian mendengar ketegasan seorang Fa dalam menyikapi kesehariannya.
Dan
murid keempat panggil saja dengan nama Ra’. Anak bungsu dari empat
bersaudara. Perempuan yang sangat enerjik dan aktif –meski agak sedikit
manja. Vocalnya terdengar di mana-mana. Selalu ikut serta diberbagai
kegiatan kampus. Dan pandai sekali membuat ilustrasi gambar. Sebut saja
apa yang sedang kalian imajinasikan, tidak sampai lima menit ilustrasi
imajinasimu pindah menjadi bentuk gambar.
Ra’ masih
belajar menjadi muslimah yang lebih baik. Ia belum terbiasa memakai rok
ke mana-mana. Selalu memakai celana jeans dan sepatu ketsnya. Meskipun
tetap bisa menjaga diri dari tidak bersentuhan dengan laki-laki yang
bukan mahromnya. Bisa menjaga pandangan dan jarak dari mereka. Dengan
memiliki prinsip yang teguh, Ra selalu bisa diandalkan dalam
kelompoknya.
Nah itulah ke empat murid terbaik di kampus
Hijaiah yang akan saya pantau terus gerak-geriknya. Tak perlu ditanya ya
bagaimana cara saya bisa tahu banyak hal tentang mereka. Itu rahasia
penyelidikan yang maaf saja tidak bisa saya ceritakan ke kalian. Bisa
dengan menempelkan chip pada pakaian mereka, menggunakan kamera
pengintai, pura-pura jadi sales yang datang ke rumah. Lewat loteng atau
apalah itu nantinya. Tak perlu kalian risaukan soal itu. Sebagai pembaca
yang bijaksana, ikuti saja jalan cerita yang sudah saya kumpulkan dari
ke empat anak-anak ini. Deal?
Sepertinya saya sudah harus
keluar dari ruang arsip kampus ini. Radar pendeteksi saya menangkap ada
jejak kaki yang mendekat ke ruangan. Saya harus keluar. Jadi sampai
jumpa dicerita selanjutnya.