"Jangan kebanyakan nanya, udah kayak tamu."
Aku hampir terpingkal ketika membaca jargon stiker di dasbor salah satu motor yang lewat. Tapi masuk akal juga, sebagai orang baru, pendatang, pasti banyak menyimpan pertanyaan. Entah karena memang belum tahu, ingin tahu atau harus tahu. Yang terakhir terdengar sedikit maksa ya. Tipikal pendatang yang menyebalkan, mungkin.
Karena sepotong kalimat itu pula aku jadi memikirkan banyak hal. Sebagai tuan rumah yang baik, apa memang harus ditanyakan lebih dulu baru memberi tahu? atau sebaiknya menjelaskan dengan keterbukaan mengingat ia tuan rumah yang harus menjamu tamu dengan sebaik mungkin. Dan bukankah ia sendiri yang membukakan pintu? jadi apa salahnya menjelaskan apa yang sudah seharusnya si pendatang ini tahu.
Tapi tunggu dulu, masa iya tuan rumah segitu terbukanya. Padahal belum tahu benar maksud tujuan si pendatang ini. jangan-jangan, atau jangan-jangan. Ah sebaiknya pikiran buruk tidak perlu diteruskan.
Kita buat sederhana saja, wahai pendatang, tamu yang terhormat, orang asing yang ingin berkenalan. Jika memang ingin tahu banyak tentang rumahku dan seisinya. Jadilah tamu yang punya sopan santun. Yang datang lurus-lurus saja apa adanya. Memiliki tujuan yang jelas. Dan yang pasti tidak menyebalkan. Agar yang menjadi tuan rumah pun merasa aman menyambutnya. Tidak was-was atas keselamatannya diri dan rumahnya. Dan jika memang harus pulang, pulanglah yang sopan. Dengan permisi jangan sembunyi-sembunyi.
Jika begitu dengan senang hati si tuan rumah menjawab setiap pertanyaan yang ada. Mungkin percakapan akan jadi lebih hidup dua arah. saling menjawab dan melempar pertanyaan. Lebih seru.
Karena bagaimana pun tuan rumah harus selalu memastikan bahwa ia akan selalu aman berada di rumahnya sendiri. Dan selalu memberikan rasa nyaman juga untuk tamunya.
Pengenalan tokoh :
Sebagai rumah : Hati
Sebagai Tuan rumah : Aku
Sebagai Tamu, pendatang baru, orang asing : kamu
Aku hampir terpingkal ketika membaca jargon stiker di dasbor salah satu motor yang lewat. Tapi masuk akal juga, sebagai orang baru, pendatang, pasti banyak menyimpan pertanyaan. Entah karena memang belum tahu, ingin tahu atau harus tahu. Yang terakhir terdengar sedikit maksa ya. Tipikal pendatang yang menyebalkan, mungkin.
Karena sepotong kalimat itu pula aku jadi memikirkan banyak hal. Sebagai tuan rumah yang baik, apa memang harus ditanyakan lebih dulu baru memberi tahu? atau sebaiknya menjelaskan dengan keterbukaan mengingat ia tuan rumah yang harus menjamu tamu dengan sebaik mungkin. Dan bukankah ia sendiri yang membukakan pintu? jadi apa salahnya menjelaskan apa yang sudah seharusnya si pendatang ini tahu.
Tapi tunggu dulu, masa iya tuan rumah segitu terbukanya. Padahal belum tahu benar maksud tujuan si pendatang ini. jangan-jangan, atau jangan-jangan. Ah sebaiknya pikiran buruk tidak perlu diteruskan.
Kita buat sederhana saja, wahai pendatang, tamu yang terhormat, orang asing yang ingin berkenalan. Jika memang ingin tahu banyak tentang rumahku dan seisinya. Jadilah tamu yang punya sopan santun. Yang datang lurus-lurus saja apa adanya. Memiliki tujuan yang jelas. Dan yang pasti tidak menyebalkan. Agar yang menjadi tuan rumah pun merasa aman menyambutnya. Tidak was-was atas keselamatannya diri dan rumahnya. Dan jika memang harus pulang, pulanglah yang sopan. Dengan permisi jangan sembunyi-sembunyi.
Jika begitu dengan senang hati si tuan rumah menjawab setiap pertanyaan yang ada. Mungkin percakapan akan jadi lebih hidup dua arah. saling menjawab dan melempar pertanyaan. Lebih seru.
Karena bagaimana pun tuan rumah harus selalu memastikan bahwa ia akan selalu aman berada di rumahnya sendiri. Dan selalu memberikan rasa nyaman juga untuk tamunya.
- Aku belajar jadi tuan rumah yang baik. Datanglah yang sopan, pulanglah yang santun.
Pengenalan tokoh :
Sebagai rumah : Hati
Sebagai Tuan rumah : Aku
Sebagai Tamu, pendatang baru, orang asing : kamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)