Tidak ada yang lebih sepi ketika detak-detik jarum jam terdengar begitu jelas. Dan waktu seakan melambat ketika sedang merasa tidak ada lagi yang bisa dikerjakan selain menunggu rasa kantuk datang secara alamiah.
Pukul delapan malam, jadwal rutin menulisku sedang tidak jalan. Perangkat penunjangnya sedang pindah tangan. Rasanya aneh sekali kalau harus menulis manual melalui 'bibir' pulpen. Ah, dasar saja jemari ini sudah terlalu manja.
Menatap rak buku tidak cukup mengundang selera, semua sudah habis terbaca. Merebahkan tubuh menatap langit-langit satu-satunya pilihan yang tersisa.
Aku menyambar ponsel yang bergetar di samping kepala. Rupanya ada sebuah email masuk. Dari sebuah akun blog yang mengomentari tulisanku beberapa hari lalu. Aku membacanya sepintas. Langsung saja menyunggingkan senyum. Ia pemilik akun blog yang belakangan ini mencuri perhatianku lewat tulisan-tulisannya yang.... ah susah menyebutnya. Sebut saja aku jatuh cinta dengan tulisannya dan aku selalu menunggu tulisan barunya. Sederhana bukan?
Hmmm satu hal yang perlu aku utarakan pada langit-langit kamar, untuknya yang entah di mana berada. Terima kasih sudah menginspirasi banyak hal. Aku mengenalmu pertama kali lewat kata-kata. Mulai
menyukai kelihaian penamu menuliskan kata-kata. Kemudian mengagumimu
lewat pesan kata-kata. Aku harap esok atau entah itu kapan, kamu tidak
akan menghilang atau pergi tanpa kata-kata.
Dan jikalau boleh berharap lebih pada pemilik waktu yang menggenggam takdir perkenalan. Semoga kelak ada sapa yang lebih nyata, ada temu
yang lebih lama. Dalam jumpa yang sebenarnya, bukan hanya sekedar
perbincangan dalam doa. Bukan sekedar melalui kata-kata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)