“Menurutmu apa masih berguna
kepedulian yang terus menerus dilakukan pada seseorang yang tidak pernah merasa
meminta, bahkan ketika kepedulian itu tidak ia pedulikan?”
“Bukankah memangnya itu arti
sebenarnya kepedulian? Peduli adalah peduli, sekalipun tidak pernah mendapat
balasan yang setimpal. Meskipun tidak harus selalu lebih dulu dipinta. Peduli
ya peduli tidak penting lagi kalau pada akhirnya kau sendiri tidak dipedulikan.”
“Tapi kenapa aku merasa lelah sendiri ketika ia tidak juga menjadi lebih baik keadaannya, ketika ia tetap keras kepala dengan masalah-masalah monoton yang sebenarnya ia bisa sudahi dengan segera.”
“Seharusnya ia merasa beruntung
masih ada orang yang mau peduli kepadanya, memberi semangat, selalu sedia memberi
saran dan menasehatinya. Bersyukur masih ada orang yang peduli melebihi
kepeduliannya sendiri.”
“Ia terlalu keras kepala untuk
menyadari itu. Dan aku terlanjur mengkhawatirkan keadaannya sekarang. Menambah
beban pikiran.”
“Kalau mendengar cerita darimu,
satu hal yang aku bisa tarik kesimpulan. Semua itu tidak lepas dari pilihan.
Kepedulian ini bukan soal kewajiban yang kau pikul, kau tidak ada kewajiban
untuk itu bukan? tapi tentang pilihan yang akan kau ambil. Kalau kau mau bebas
dari beban pikiran yang hanya mengganggu konsentrasi dan menghambat perjalanan
hidupmu sendiri, kau bisa meninggalkannya dan berhenti peduli kepadanya. Biarkan
ia mengatasi semua persoalannya sendiri. Doakan saja semua akan pulih seperti
sedia kala. Tapi jika kau memilih tetap ikut campur dengan urusan itu, selalu sedia
memasang punggung untuk tempatnya bersandar, dengan resiko yang sudah kau tahu
dan perhitungkan matang-matang. Dan yakin dengan itu semua keadaan akan jauh
lebih baik. Tetaplah pelihara kepedulianmu itu.”
“Ia aku sudah sempat memikirkan
hal itu. Tapi aku belum mengambil keputusan. Aku merasa lelah sekaligus tidak
ingin melihat ia menyerah.”
“Nah, terlepas dengan pilihan yang
akan kau ambil itu. Mulailah belajar untuk menikmati pilihan. Dan ingatlah selalu
ada tanggung jawab yang menyertai pilihan itu. Kira-kira demikian.”
demikian :)
BalasHapusSemoga demikian :)
Hapuskarna kepedulian yang tulus itu akan melahirkan keindahan, suatu saat :)
BalasHapusAamiin :)
Hapusaha kalo ika sih bakalan milih buat terus peduli doong B)
BalasHapusTeruskan nak, teruskan :D
Hapustidak ada yang salah ketika aku, kamu, atau kita peduli kepada seseorang. yang salah adalah ketika aku, kamu, atau kita berharap bahwa dia melakukan hal yang sama kepada kita.
BalasHapuskurang lebih begitu. ikhlas.
Hmmm benar :)
Hapus