Tiara, masih terbaca jelas pesan singkatmu di kotak virtual sehari sebelum kau berpamitan. Katamu, "esok aku sudah harus kembali lagi menuntut ilmu. Terima kasih sudah menjaga silaturrahim satu minggu ini. Semoga kita bisa bertemu di kesempatan yang lebih baik."
Aku mengangguk meski kau tidak akan bisa melihatnya. Termasuk helaan nafas keberatan.
Barangkali kita adalah dua orang yang dipertemukan waktu untuk saling mengenal, dua orang yang dipertemukan jarak untuk tetap berjauhan. Hingga waktu dan jarak mulai berdekatan memberi pemahaman. Bahwa jarak bukanlah pemisah untuk doa-doa yang dipanjatkan. Bukanlah penghambat untuk harap yang terus tumbuh bermekaran.
Dan kita adalah dua orang yang sama-sama yakin, pada akhirnya jarak akan memerdekakan diri menjadwalkan pertemuan. Dan waktu yang membawa kabar gembiranya.
"hati-hati untuk tetap menjaga diri. Sampai bertemu di kesempatan itu." Kataku membalas pesanmu.
huft ya, lagi-lagi nulis yang temanya kepergian, kehilangan :/
BalasHapustulis yang seneng-seneng sih baaaang *maksa