Barangkali memang benar, bahwa
dalam proses perjalanan hidup seseorang, ada beberapa moment pengambilan
keputusan yang sangat ‘sakral’ bagi
keberlangsungan hidupnya.
Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.
Bagaikan ia harus benar-benar
masak, memilah satu alenia babak baru
yang harus dilakoni. Agar perunutan nasib-nasib baik berjalan sesuai ketentuan
takdirnya. Kebetulan-kebetulan –yang sebenarnya hanya istilah manusia- menjadi
kebetulan yang sangat sempurna. Sesuai harapan.
Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.
Kita tidak lagi membincangkan tentang
pemilihan sekolah terbaik mana yang akan menjadi atap masa remajamu. Tidak lagi
menentukan dimana seharusnya kamu menghabiskan waktu selama kurang lebih
delapan jam mencari nafkah. Yang khalayak ramai sering disebut : dunia kerja.
Pilihan-pilihan itu sudah jauh terlewat.
Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.
Menentukan pilihan yang paling ‘sakral’ sepanjang usiamu. Selama aku mengenal dan menjadi pendengar yang baik atas cerita-ceritamu.
“Aku mau menikah Zy.” Katamu
melalui saluran pesan singkat itu.
Kau tahu, selepas membaca pesan
itu hatiku buncah oleh rasa bahagia, sumringah. Sungguh itu kabar yang
berlipat-lipat baik. Tentu saja akan sangat buncah hati siapa saja, ketika
mendengar sahabatnya sudah selesai mencapai tujuan pencarian.
Layaknya pelayar
yang melihat sebuah pulau, kembali ke daratan. Bahkan menurutku bisa jadi kita adalah
pelayar yang beruntung, mendapatkan pulau yang sudah benar-benar modern. Sudah
silau dengan gemerlap-gemerlap lampu penerangan. Pulau yang terang-benderang.
Bedanya
kamu akan menetap di sana. Sedangkan aku hanya singgah sebentar, mengantarkan kebahagiaanmu. Kemudian kembali berlayar demi melanjutkan pencarian
selanjutnya. Muara yang dijanjikan.
Dan tentu saja kalau boleh jujur
akupun sempat mengikik sebentar.
Menyeringai, ketika membayangkan raut wajahmu dalam masa-masa pergulatan
panjang dalam pikiranmu itu. Pasti raut wajahmu amat berantakan saat itu. Bukankah begitu?
Perihal ini bukan hal yang sesederhana dulu, bukan seperti
menjatuhkan pilihan-pilihan sebelumnya ketika menerima panggilan kerja dua
tempat sekaligus dari instansi yang kamu pernah datangi untuk bekerja
sama.
Aku yakin kamu akan insomnia demi memikirkan keputusan ini.
Bagaimana tidak, kamu akan membuka gerbang kehidupan baru. Kastil masa depan
yang se-atap dengan seseorang yang dulunya begitu asing. Seseorang yang belum
genap dua tahun kamu ketahui latar belakang kepribadiannya. Bagaimana sepak
terjangnya ketika di luar pengawasanmu. Yang kedepannya kamu akan mengisi hari
bersamanya. Sepanjang waktu, sepanjang usiamu. Bisa jadi di tangannya jua, kelak
masa depanmu akan dipertaruhkan. Masa mudamu akan dihabiskan.
Orang asing itu nantinya yang akan mengecup keningmu ketika pertama kali membuka mata di pagi hari. Ia yang akan selalu melingkarkan tangannya ke pinggangmu, sebelum terbenam dalam lelap malam.
Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.
Aku yakin kamu juga akan merasa
di dalam dunia abu-abu barang sebentar. Di dunia yang pilihan-pilihan itu
terkatung-katung menunggu mata dadumu berhenti berputar. Menunggu hatimu
mengetuk palu keputusan. Kata YA yang lantang dan bertenaga. Dalam keikhlasan penerimaan. Tentu saja saling berbagi kepercayaan bersamanya.
Kamu beberapa hari yang lalu
merasakan itu bukan? Begitulah memang, ketika rasa cemas lebih mendominasi kinerja
hati. Cemas akan hal-hal yang masih gelap setelah ini. Apa yang akan terjadi
jika bla.... bla.... gimana kalau nanti bakal bla... bla.... Proses yang wajar.
Untuk membayangkan itulah aku
mengikik tidak sopan. Menyeringai dengan wajah yang menggelikan.
Adalah kali ini tiba giliranmu, sahabat baikku.
Siap menyongsong kebahagiaanmu
yang baru. Bersama dengannya –lelaki yang kau amanahkan sebagai pemimpin- berlari
membawa obor semangat masa depan. Kelak
menjadi cikal bakal –sejarah- pembawa tongkat estafet perjalanan kisah keluarga besarmu,
kepada buah hati kalian, cucu-cicit kalian kisah perjalanan hidup itu pindah
dari tangan ke tangan, dari hati ke hati membawa kebaikan-kebaikan.
Jadi, selamat merajut kisahmu
selanjutnya. Bersama seseorang yang mulai esok hari dan seterusnya, bisa kamu panggil ‘jodohku’.
Selamat menetap di kepulauan
bahagia.
*untuk beberapa sahabat yang baru saja atau akan melangsungkan pernikahan.
oooh ada mbamba temen bang Ujay yang mau nikaaah :O
BalasHapusoooh bakal ada banyak makanan :O
hoho turut bahagia, semoga keluarganya nanti diberkahi :))
Aamiiin :)
Hapusadalah kali ini giliran aku ~
BalasHapusBenarkah? kapan? :D
Hapus