"Aku perhatikan, belakangan ini cerita-cerita yang kau tulis tidak ada nama tokohnya? Curahan hati yang terselubung?"
"Ah tidak juga. Memang kamu lihat aku sedang mengalami itu?"
"Hmm.... atau semisal kiasan harapan yang tersurat mungkin."
"Jiah, bahasamu terlalu rumit. Sengaja menulisnya menggunakan tokoh 'aku'. Bukankah setiap pembaca punya hak mejadi si aku ketika membaca? dan untuk tokoh keduanya sengaja aku menggunakan tokoh 'dia' atau 'kamu'. Bukankah pembaca juga punya seseorang yang mereka panggil 'kamu'. Terlepas pembaca sudah pernah mengalaminya atau belum."
"Hadeeeh, sekarang siapa ya yang bahasanya lebih rumit? mumet aku."
"Haha...."
"Jiah, bahasamu terlalu rumit. Sengaja menulisnya menggunakan tokoh 'aku'. Bukankah setiap pembaca punya hak mejadi si aku ketika membaca? dan untuk tokoh keduanya sengaja aku menggunakan tokoh 'dia' atau 'kamu'. Bukankah pembaca juga punya seseorang yang mereka panggil 'kamu'. Terlepas pembaca sudah pernah mengalaminya atau belum."
"Hadeeeh, sekarang siapa ya yang bahasanya lebih rumit? mumet aku."
"Haha...."
Sudah lama gak main kemari... ternyata kang Uzay masih eksis! Salam santun... (Sayapun suka menggunakan tokoh aku dan dia di beberapa tulisan, biar pembaca dapat merasakan)
BalasHapushei kamu juga baru update lagi ya? :D
Hapusiya alasannya sama seperti itu, lagipula suka malas mikirin nama yang cocok.