Aku tengah terbaring. Menampa
kepala dengan kedua telapak tangan yang saling merekat. Seketika terbesit satu
nama dalam ingatanku. Tentang seseorang yang rasanya sudah cukup lama aku tidak
sapa. Pun demikian dengannya, barangkali juga ia tidak merasa perlu untuk
menghubungiku lebih dulu.
Kami sedang membentangkan jarak
lebih lebar dari biasanya. Dan secara tidak sengaja, seperti sepakat untuk
memutuskan segala macam bentuk komunikasi dua arah. –meski rangkaian doa tidak
pernah benar-benar putus karena hal itu. Akan dan selalu terhubung.
Dan malam ini, tiba-tiba saja aku
ingin sekali mendengar kabarnya. Apa ini bagian dari permainan rindu? Mungkin
saja.
Aku menghela napas perlahan, berbarengan dengan getar ponsel di saku celana. Satu pesan masuk. Rupanya lagi-lagi bahagia sedang datang sederhana. Berupa jarak yang perlahan terasa memendek.
Beberapa orang mungkin melupa, disadari atau tidak, pernah menjatuhkan
harapan. Dan ada hati yang polos sekali memungutnya. Kemudian merasa perlu menyimpannya.
Aku mengernyitkan kening setelah
membacanya. Buru-buru aku mengetik balasan.
Maksudnya?
Tidak selang lama ponselku
bergetar lagi.
Ada beberapa janji yang pernah terlahir, janji yang malang, lambat
sekali pertumbuhannya.
Tetiba saja aku merasa perlu mengingat
banyak hal. Barangkali benar, banyak yang terlupa atau terlampau tidak
disadari. Gemas, langsung ingin membalas pesan itu. Tapi keburu dijejali dengan
rentetan pesan berikutnya.
Ada waktu yang tidak pernah mau menunggu seseorang, kapan ia mampu
melunasi perkataannya.
Aku menarik napas dalam-dalam.
Ada yang terasa tertohok. Ulu hati yang tiba-tiba nyeri.
Ada kepastian yang termenung lugu, menunggu seseorang datang menjemput
keberadaanya.
Aku bergeming. Cemas akan
pesan-pesan selanjutnya.
Ada pula asa yang mulai cemas, takut-takut ia sebenarnya berjalan
sendirian. Tidak satu tujuan.
Ada hati yang ingin mendengar
sekali lagi, seseorang akan berbisik tentang kepastian, tentang sisa waktu
penantian.
Aku terdiam cukup lama, menunggu
kelanjutan. Tapi tak lagi ada getaran pertanda ada pesan berikutnya. Sejenak
merasa bisa menghirup napas lebih lega. Kemudian mengetikkan pesan balasan
untuknya.
Tentang seseorang itu, bisakah kau tunjukkan jalan lurus untuk lebih
cepat menujumu? Terkadang si pengelana, diperjalanan sesekali dibayangi hal-hal
yang membuatnya ragu. Apa benar yang ia jejaki adalah jalan yang pada akhirnya
membuat ia selamat. Tempat seharusnya
hati itu tertambat.
Baru kali ini aku menunggu balasan pesan darinya dengan hati
yang bergetar.
Bantu aku juga, pastikan lebih cepat memacu langkahnya.
Aku menatap langit-langit.
Mencoba merangkaikan mimpi-mimpi masa depan. Bagaimana pun caranya, aku harus
lekas melunasi kepastian itu, satu hal yang pernah aku rencanakan dulu. Secepatnya.
*ide/alur cerita terinspirasi dari cerpen aratiararismala.com yang berjudul : Tunggu saja
khem......keren....apa hanya sampai disitu?
BalasHapusIa cerita sekali tuntas.
Hapusduhai hati kalau lagi galau menunggu atau menjemput mimpi pasti roman2 tulisannya mengiris hati eh.. membius hati seperti ada yang beda heleh.
BalasHapusselamat menikmati kata2ku saat aku memang sedang menikmatinya.
secepatnya menemukan aamiin. meski hanya fiksi.
Aduhhh komentarmu berat dicerna nih hehe...
HapusAamiiin. untuk yang nyata. :)