Barangkali,
ketika seseorang memutuskan untuk kembali melangkah, hendak pulang atau
memulai lagi perihal yang pernah ia tunda dalam waktu yang cukup lama,
sedikit banyak akan ada pertarungan dalam batinnya. Benarkah ini waktu
yang tepat? haruskah aku pulang sekarang? apa aku masih dibutuhkan? masih akan disambut baik? atau?
Kamu akan tertegun cukup
lama, merenungi perdebatan dalam diri sendiri. Tentang kemungkinan-kemungkinan yang sebenarnya hanya jelmaan keresahan hati. Benarkah demikian? aku tak tahu.
Pun demikian dalam hal ini. Apakah ini waktu yang tepat untukmu kembali? Aku tak tahu. Boleh jadi kamu memang tak pernah ke mana-mana, jadi tidak mungkin ada istilah kembali dalam kamus hidupmu itu. Bukankah kamu hanya diam di tempat, lalu membiarkan harapan dan khayalanmu itu yang melalang buana, menembus batas-batas rasional kenyataan yang ada. Perihal jika dan hanya jika yang kamu buat sendiri, mengarang bebas sesuai kehendak hati.
Seolah yang benar-benar nyata berada di sampingmu adalah hal yang semu. Aku nyata di depanmu, tapi tidak dipikiranmu. Atau di kesempatan yang lain, kamu berada tepat di depanku, tapi selalu memunggungiku.
Pun demikian dalam hal ini. Apakah ini waktu yang tepat untukmu kembali? Aku tak tahu. Boleh jadi kamu memang tak pernah ke mana-mana, jadi tidak mungkin ada istilah kembali dalam kamus hidupmu itu. Bukankah kamu hanya diam di tempat, lalu membiarkan harapan dan khayalanmu itu yang melalang buana, menembus batas-batas rasional kenyataan yang ada. Perihal jika dan hanya jika yang kamu buat sendiri, mengarang bebas sesuai kehendak hati.
Seolah yang benar-benar nyata berada di sampingmu adalah hal yang semu. Aku nyata di depanmu, tapi tidak dipikiranmu. Atau di kesempatan yang lain, kamu berada tepat di depanku, tapi selalu memunggungiku.
Padahal Harapan yang kamu biarkan menumpuk dengan terlalu, boleh jadi suatu saat menelikung hatimu sendiri. Membuat ia sulit melepaskan diri dari sesuatu yang tidak seharusnya dipaksakan.
Ah, pada akhirnya terlepas kamu memilih kembali ataupun tidak, yang kutahu setiap pertemuan adalah bagian dari seleksi kehidupan. Aku rasa dengan pernah mengenalmu, itu sudah menjadi bagian termanis dalam perjalananku.
Meski pada akhirnya kita akan berjalan dengan takdir
masing-masing. Aku harap dengan pernah adanya kamu, ada kisah-kisah berharga yang bisa aku kenang dan ceritakan.
Bukankah sudah seharusnya begitu?
Jadi yang sedang terjadi itu: kamu yang tengah bimbang kembali atau aku yang hanya sedang berkhayal kamu akan pulang?
Jadi yang sedang terjadi itu: kamu yang tengah bimbang kembali atau aku yang hanya sedang berkhayal kamu akan pulang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)