Suatu hari, ketika sedang
menikmati senja yang temaram. Aku bercerita kepada sahabatku, bahwa aku kelak
ingin berdampingan dengan seseorang yang memiliki dunia yang sama. Hobi membaca
dan menulis. Dan bersamanya membangun sebuah taman baca pribadi di teras rumah
sederhana kami. Ah, bagiku itu sebuah mimpi yang benar-benar menggairahkan masa
depanku. Sungguh!
Dan senja lusa lalu, tiba-tiba
saja kamu kembali menyapaku –Setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Kamu mengaku masih ada ketertarikan dengan dunia tulis-menulis. Kebetulan pula, kita
mengidolakan seorang penulis yang sama. Kemudian kita habiskan petang itu
dengan membahas novel yang sama-sama sudah kita hafal alur ceritanya.
Hmmm, mungkinkah ini yang dinamakan konspirasi takdir? Aku menyeringai mengusir pemikiran ngawur-ku sendiri. Entahlah, aku hanya berharap kemiripan hobi ini ibarat satu bakal buah, yang ketika buah itu sudah masak, boleh jadi kita akan menikmatinya di bawah atap yang sama. Kalau pun tidak sesuai harapan, minimal kita bisa potong menjadi dua bagian yang sama rata. Kemudian potongan buah itu kita bawa ke rumah masing-masing, untuk berbagi dengan seseorang yang selalu menunggu kepulangan kita.
Perihal jodoh tidak ada yang tahu
bukan? Lagi-lagi aku menyeringai, menertawakan kemungkinan-kemungkinan yang aku
buat semauku sendiri.
Lupakan soal pemikiran liar masa
depan yang aku gambarkan tadi. Kalau kamu ada waktu luang, tidak ada salahnya kamu
mendengarkan isi proposal masa depan yang sudah lama aku buat. Terutama BAB
khusus bagian ‘Pembangunan Taman Baca’ ini. Bagaimana?
Ya, sudah sejak setengah tahun
lalu aku mulai merencanakan dan membangun komponen-komponen Taman Baca impian ini. Tentu di
mulai dari bagian paling penting, koleksi buku-bukunya. Aku bahkan sudah men-database-kan buku-buku itu lengkap dari
mulai judul, penulis, penerbit, tahun terbit, jumlah halaman dan sebagainya. Memberi sampul plastik agar lebih rapi dan terawat.
Sekaligus memberi nomor urut sesuai dengan yang lebih dulu aku koleksi.
Rencananya, ketika buku-buku itu
sudah beranak-pinak menjadi banyak. Aku akan membangun sebuah gazibu yang cukup luas di beranda rumah
kita. Di kelilingi oleh kolam ikan koi dan taman rumput yang menghijau. Di
sanalah kita akan menghabiskan akhir pekan dengan kegiatan membaca dan menulis.
Di antara deretan buku-buku yang berjejer rapi di raknya. Layaknya sebuah
perpustakaan sekolah atau miniatur dari toko buku. Ditemani oleh gemericik air terjun buatan yang berasal dari
kolam, memperhatikan ikan-ikan itu berenang. Bagaimana menyenangkan bukan? Kita
bisa membaca sambil sesekali memberi makan mereka.
Sebenarnya apa yang
melatarbelakangi rencana ini? Sebenarnya sederhana saja, aku ingin mengarahkan
buah hati kita perihal dunia baca-tulis sejak kecil. Kelak semua itu akan
banyak membantu mereka dalam mengarungi dunia masa depan –yang boleh jadi akan
jauh lebih rumit dari zaman kita sekarang. Kelak mereka akan lebih peka
terhadap rasa bersyukur dan berterima kasih kepada penciptanya. Bukankah
membaca dan menulis memang perintahNya?
Membaca setiap kebijakan-kebijakanNya yang tersebar di pelataran dunia dan seisinya. Kemudian menuliskannya dengan bersujud, beribadah dengan sebaik-baiknya hamba. Menuliskannya dengan tinta-tinta kebaikan-kebaikan.
Membaca setiap kebijakan-kebijakanNya yang tersebar di pelataran dunia dan seisinya. Kemudian menuliskannya dengan bersujud, beribadah dengan sebaik-baiknya hamba. Menuliskannya dengan tinta-tinta kebaikan-kebaikan.
Hmmm... benar sekali, ini masih
ada hubungannya dengan keresahan-keresahanku waktu itu.
Ups! Aku baru sadar kalau
sepanjang bercerita ini sudah melibatkan kata ‘kita’. Maaf kalau tidak sopan
sudah melibatkan namamu dalam rangkaian proposal ini. Boleh jadi memang akan
lebih sempurna kalau namamu ikut menjadi penasehat dalam bundel proposal ini.
Hitung-hitung bantu doa dan support
agar aku dapat merealisasikan impian-impian itu dengan segera. Siapa tahu Allah
memberikan bonus dengan mentakdirkan kamu menjadi seseorang yang membantu melestarikan
taman baca itu. Proposal kita disetujui olehNya. Kemudian kamu pada akhirnya
yang menjadi guru terbaik buat anak-anakku belajar baca-tulis nanti. Kamu tidak
keberatan bukan?
Itulah bagian dari proposal masa
depanku. Bagaimana dengan proposal yang kau ajukan sendiri? Boleh aku lihat?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jejakmu akan sangat berarti dan tak akan pernah sia-sia :)