Ada seseorang yang kukenal sosoknya hanya untuk menjadi penyemangat, bukan sebagai pelengkap hidup.
Seseorang yang kukenal sosoknya hanya sebagai sumber kekuatan, bukan sebagai pendamping hidup.
Seseorang yang kukenal, ia sering kali hadir dalam ingatan, tapi tidak cukup baik untuk dirindukan.
Ia sering bersliweran di dalam pikiran, tapi tak cukup baik untuk diharapkan.
Ia selalu tersebut dalam doa, meski tahu tidak lagi bisa berharap akan bersama.
Yang namanya selalu menjadi doa 'monoton', selalu kupinta, meski tahu tidak akan lagi berada di jalan yang sama.
Seseorang yang datang menawarkan (r)asa yang baik, aku sedia untuk memupuknya. meski tak selalu berhasil memeliharanya.
Sedia untuk menerimanya, meski tak selalu berhasil mengendalikannya.
Kadang terlanjur menerimanya, terlalu percaya diri menggenggamnya. sampai tak tahu cara untuk melepaskannya.
Kadang perihal melepaskan memang tak pernah sederhana, terlebih ketika hati yang (harus) mengurai maknanya.
Ada seseorang yang kukenal ia mahir menumbuhkan harapan-harapan, yang tak bisa ku mengerti mengapa tumbuh subur.
*kalimat genap balasan twit @aulialiesa
Nice :)
BalasHapushuweeee puasa puasa ngga boleh ngetwit galau bang!
BalasHapusseseorang yang datang menawarkan r(asa) yang baik, aku sedia untuk memupuknya. meski tak selalu berhasil memeliharanya...
BalasHapuswah zie. :D
lagi happening ya kolaborasi beginian :)
ijin repost y bang :)
BalasHapusbagus juga puisinyaa..
BalasHapusAku suka. :-)
jujur aja ya, kalau masalah beginian paling bodoh dah, alias otak susah mencerna :(
BalasHapustapi sesuatu yang baik, memang lebih baik tak berdampingan, dibanding berdampingan tapi karena terpaksa
Menerima datangnya teman itu lebih mudah dari pada melepaskannya atau melupakannya.
BalasHapusehem.. ehem..
BalasHapus