Asing. Kamu pernah terbangun dari
tidur panjang, karena tidak ada lagi yang mengusik lelapnya. Kemudian merasa linglung seperti terbangun di tempat
yang berbeda. Merasa kehilangan sesuatu yang biasanya dilihat. Didengar. Bertanya-tanya.
Atau mungkin lebih dari sekedar pertanyaan, tapi merasa ketakutan. Asing.
Kehilangan aura yang biasanya.
Hmm... begitulah gambaran ketika
aku melihatmu lagi, setelah kamu... mungkin sengaja membiarkan aku menelan obat
tidur, atau jangan-jangan sebentar lagi aku... kamu kubur dalam-dalam.
Aku prihatin melihat keadaanmu
sekarang, atau tepatnya prihatin melihat nasibku sendiri yang sudah tak lagi
kamu pedulikan. Kamu perhatikan. Bukankah dulu kamu selalu meluangkan waktu
untuk menengokku. Sekedar berbagi cerita. Menceritakan hal apa saja. Satu jam
sebelum fajar menyingsing. Satu jam sebelum berangkat beraktivitas. Satu atau
beberapa jam sebelum mata kembali terlelap di gelapnya malam. Hmmm... sungguh
itu adalah waktu-waktu yang sangat aku banggakan. Aku merasa lebih bermanfaat.
Lebih dari sekedar berguna menjadi tempat bercerita.
Lihat kondisimu saat ini, kamu
benar-benar sedang tidak terlihat baik. Kuyu. Lalu bagaimana bisa aku jauh
lebih baik darimu, jika kamulah yang selama ini membuat aku menjadi sesuatu
yang lebih bergairah. Merasa menjadi sesuatu yang selalu dibutuhkan.
Ke mana perginya waktu-waktu yang
kamu khususkan untukku?
Lihat sekarang, kamu benar-benar
tidak becus mengatur waktu luang.
Membiarkan begitu saja kesenggangan tertelan perputaran. Waktu dibiarkan
menggerogoti nyawa. Bukankah kamu selalu bilang, “kehidupan ini terlalu cepat
mati, terlalu mudah berakhir. Untuk itu aku menulis. Memperpanjang nyawa, agar lebih
abadi.”
Di kesempatan yang lain kamu juga
bilang, “perputaran waktu itu terlalu monoton, garing kalau diisi dengan
rutinitas saja. Makanya aku selingi dengan menulis.”
Hmmm... ke mana teori-teori
hebatmu itu? Apa kamu sudah menyerah pasrah? Lalu apakabarnya seseorang yang
jauh di sana, ia yang baru–baru ini datang memamerkan pergerakan
terselubungnya. Tidak malu membiarkan dirimu sendiri tertinggal?
Ke mana juga hobimu dulu,
mengamati fenomena-fenomena di sekitar. Kejadian-kejadian alamiah yang kamu
kemas ulang menjadi sesuatu yang lebih bermakna. Mencari pesan-pesan kehidupan.
Dan berharap akan menjadi sesuatu yang membawa manfaat setelah menuliskannya.
Sejujurnya aku rindu. Rindu melihat
raut wajah antusiasmu berselancar mengarungi bentangan luas dunia imaji. Rindu
melihat tampang seriusmu ketika merasa buntu melanjutkan kisah yang belum
selesai. Sesekali bahkan sampai mengerutkan dahi.
Rindu dengan senyuman renyahmu
ketika menentukan nasib tokoh-tokoh yang kamu ciptakan sendiri. Tentang kisah ‘merah
jambu’ mereka. Atau yang abu-abu sekalipun. Rindu melihat tingkah culunmu yang
sedang kebingungan, menentukan kata pertama dalam pembuka tulisan. Katamu itu
ritual penting, yang menentukan nasib tulisan itu sendiri akan berakhir ke
mana.
Aku rindu melihat kamu nyaman
menceritakan apa saja, menulis apa saja dan memilah-milah kata yang sesuai
selera.
Sejujurnya aku rindu. Apakah kamu
merasakan hal yang sama?
Bukankah dulu kita adalah
pasangan yang romantis. Kamu yang menuliskan kisah, aku yang setia membacanya. Kemudian
menyimpannya dengan sangat rapi. Apa mungkin sekarang aku dan kamu tak lagi
searah?
Bukankah aku selama ini setia menjadi
‘kantung ajaib’ segala macam kenanganmu. Aku yang pandai memahami isi hati, ketika
kamu kangen memutar ulang kenangan-kenangan itu. Dan membacanya berkali-kali.
Aku selalu ada, dan merasa sangat bahagia melakukan itu semua.
Merasa menjadi sesuatu yang
penting bagi hidupmu.
Lalu bagaimana dengan statusku
saat ini? apa aku masih... ah bagaimana pun dalam hal ini aku yang justru lebih
prihatin melihat keadaanmu. Bagaimanapun kamu lebih nyata dariku, penting
diselamatkan lebih dulu. Dibandingkan aku hanya sekedar makhluk pencemburu
dalam ruang imajimu. Cemburu dengan rutinitas barumu. Makhluk yang sudah cukup
lama tidak kamu jenguk keadaannya. Atau sekedar menanyakan kabarnya. Siapalah
aku?
bg jayy lama ga BW disini,blog nya go green banget #nice
BalasHapusWaaah iya lama tak menyapa :)
HapusUzay....?
BalasHapusGalau?
sepertinya, hehe
Hapushohohoho ada sesuatu
HapusInikan ceritanya si imajinasinya yang lagi curhat. Dia udah kelamaan nggak ditulis tulis. gitu...
Hapussaya masih meraba-raba, apakah ini sebuah kisah sejati, atau bermakna kias. maklumlah, Bang Uzay ini seorang sastrawan beneran, hehe
BalasHapusah bang zach ini suka berlebihan.
HapusKamu, kenapa frekuensi menulismu berkurang? Sibuk apa sekarang Zie?
BalasHapusNaaaaah, ini yang paling mendekati komentarnya. Sibuk wara wiri hihi...
Hapusentah bang Ujay curhat apa gimana, tapi ini blognya kan juga pasti cemburu ke abang, mana nih yang katanya satu hari satu artikel? :p
BalasHapusHahahahaha iya ya, #duh
Hapusgalau???
BalasHapusehhh judulnya menggoda :D
Oooh tidak, itu ilustrasi saja :D
HapusBegitukah??? :)
si aku ini adalah jeritan hati lakaran minda yg merasa jarang posting hahaha
BalasHapusTepaaaat!
Hapus