Semua yang sudah tertulis itu
berpasang-pasangan, di sana jelas sekali kasih sayang Tuhan jika kita bisa
memahaminya. Salah satunya adanya pertanyaan-pertanyaan, yang selalu menuntut
jawaban-jawaban. Lalu di mana letak kasih sayang Tuhannya? Sederhana, nasihat
itu tidak perlu menunggu kita mengalaminya, jawaban itu bisa kita temui dari
pengalaman orang lain, belajar dari mereka-mereka yang mengalami pahitnya.
Dengan memahami itu, akan terasa manis sekali untuk membentengi diri, agar
tidak melakukan hal yang sama. Bukankah begitu seharusnya?
Ketika kamu merasa kuat, bisa
melewati masalah-masalahmu sendiri. Memikul berat beban pikiranmu sendiri.
Terus menerus menegaskan hati bahwa kamu selalu, dan akan selalu bisa melewati
semua itu sendiri. Raba hatimu, sentuh palungnya. Siapa yang bicara. Siapa yang
tengah berkuasa. Tubuhmu? Pikiranmu? Atau jangan-jangan itu hanya egomu sendiri
yang sedang berpura-pura baik. Sangat teramat baik. Rerumputan liar saja butuh sentuhan angin untuk bisa berbagi
riang. Butuh embun bening untuk bisa memanjakan pagi. Bahkan karang di lautan
butuh ombak yang berderu agar ia tetap basah, tidak kering. Dan tidak ada
karang yang benar-benar tegar. Semua memiliki sisi rapuhnya sendiri. Sisi yang
seringkali dikuasai ego dan pemikiran sendiri. Sisi yang ingin berbagi.
Kamu
tidak akan pernah merasa sendiri ketika kamu masih mau berbagi. Berbagi cerita.
Berbagi kebahagiaan, berbagi kesedihan. Berbagi ilmu dan pengalaman. Bahkan
ketika ada seseorang yang membencimu, sebenarnya ia tengah berbagi perhatian
terhadapmu. Berbagi, bukan memberi. Berbagi artinya sama rasa, sepenanggungan.
Sedangkan memberi tidak lain hanya memanjakan seseorang. Atau sisi buruknya
malah menangguhkan semua beban.
Satu masalah selesai tidak, ada jaminan masalah-masalah lain tidak ikut
berhamburan. Rasa bahagia tiba, belum ada garansinya agar rasa itu terus
menerus mengalir sempurna. Coba lihat senang sedang menari-nari, meronakan
wajah memerah, menyimpulkan senyum paling merekah yang ia punya. Boleh jadi
beberapa menit kemudian matanya mulai sembab, diiringi pelupuk mata yang
berair. Bibirnya sempurna mengatup masam. Duh aduh cepat atau lambat semua hal
melewati proses perpindahan. Begitu juga rasa, siapa yang bisa tahu persis
halusnya perpindahan rasa di hati seseorang. Tidak ada yang bisa menebak mana
yang lebih dominan berperan. Senang, sedih. Cinta, benci. Semua begitu tipis.
Kadang berputar-putar mencari posisi nyamannya Hanya kelapangan hati yang
membuat perputaran itu menjadi lebih berwarna. Perpindahan itu menemukan makna.
Sampai saat kamu akan mengerti bahwa
waktu jualah yang mendewasakan pemahaman seseorang, ia akan mengerti bahwa
remah-remah kehidupan berasal dari hal-hal sederhana yang dulunya ia remehkan.
Dari hal-hal besar yang ia tinggal begitu saja tanpa terlebih dulu mencobanya.
Dan buah kegagalan yang ia lewati dengan kesabaran, kelak itu yang membuatnya
lebih bijak.
postingan zie selalu bisa menyentuh saya...:-)
BalasHapusbegitukah? masih perlu belajar :)
Hapus