Hembusan
angin segar menyeruak dari sela kaca jendela dan pintu, menggigilkan
ragaku yang tak bermantel. Cukup lumayan untuk mengusir kantuk yang
bergelantungan di kelopak mata. Dari balik setir ini aku mengontrol laju
kendaraan, teman... lebih tepatnya rumah keduaku ketika di jalan. Di
jok yang sudah tak lembut permukaannya ini aku bertahan sepanjang hari.
Menahan terik panas yang memantul dari kaca depan. Dari macetnya jalanan
ibu kota. Tapi kali ini benar-benar masih dini, jalanan masih tampak
lenggang, meskipun ada beberapa titik sudah mulai merapat.
Belum begitu banyak penumpang, masih terlalu dini untuk mereka berkeliaran, bercengkrama dengan dinginnya kota. Baru dua orang yang aku bawa untuk aku antarkan ke tujuannya, satu di antaranya sedang tersunut-sunut menahan kantuk, aku asumsikan ia baru saja pulang kerja, mungkin melembur, terlihat dari pakaiannya yang sudah tidak rapi, rambut berantakan dan peluh seumur jagung masih menetes di pelipisnya, meskipun aku sendiri merasakan dingin yang teramat. Satunya lagi tampak lebih segar, berkebalikan dengan yang pertama, aku terka ia akan pergi kerja jika melihat pakaian yang ia kenakan cukup rapi dengan rambut yang baru selesai di sisir. Sangat kontras pemandangan yang ku lihat, hanya satu yang sama dari keduanya, sama-sama berjuang untuk keluarganya di rumah. Aku yakin itu.
Lima
meter perjalanan berlalu, satu di antaranya turun, membayarkan satu
lembar uang dua ribuan, sebagai rezeki pertamaku pagi ini. Tidak
berselang waktu, satu ibu sedang menenteng beberapa ikat kangkung, dan
memanggul karung kecil men-stop mobilku, sudah di pastikan ia
dari pasar. Lalu di susul oleh dua anak berseragam sekolah, mengingat
fajar sudah mau usai. Ya... hampir tiap hari aku dapati mereka... para
penumpangku, dengan karakter dan tujuan berbeda aku antarkan satu
persatu sampai tujuannya, dari fajar sampai pekat malam aku tekuni
sebagai ibadah dan kebutuhan.
Untuk
itu aku harus selalu bangun lebih awal agar saat mereka butuh tumpangan
aku sudah ada, jauh lebih awal ku jemput rezekiku yang di titipkan
melalui mereka. Salah satu yang bisa aku ambil pelajaran untuk hidup,
bahwa semua ini datang dan pergi, naik turun menemui tujuan
masing-masing, sama-sama berjuang untuk diri dan keluarga mereka.
Meskipun tanpa ada yang mau singgah lebih lama untuk sekedar
menggantikan posisiku, di balik setir ini. Setidaknya aku nikmati
perananku ini. Seperti mereka, karena aku juga punya tujuan, keluarga
kecilku di rumah.
Perananku tak seberapa dibadingkan melihat senyuman bahagia mereka di rumah.
bang, ini critanya tentang kang angkot ya bang?
BalasHapustepat sekali, tahun lalu juga di ketiknya waktu di angkot antar bapak berobat sebelum subuh (ramadhan)
HapusWah bisa ya ketik sambil berkendaraan. Saya punya teman yang bisa mengetik di atas pesawat. Apa nda konsentrasinya terganggu. Saya aja jarang kontek atau nulis SMS sambil berkendaraan. Beda kalau saya sebagai penumpangnya mungkin bisa SMS atau menulis.
Hapuslho? saya mah cuma jadi penumpang kang asep. Sopirnya mah tetep nyopir..
Hapushaha... kang asep ling-lung...
HapusHidup untuk sang sopir.
Hapus*senyummanisajaah*
Hapussaya mesti pusing kalo ngetik sambil jalan.. jadi harus bekal permen biar berkurang pusingnya.
HapusKalau sekedar ngetik di hape sih nggak pusing mbak din, kecuali baca buku nggak akan kuat lama.
Hapusiya bang, ngetiknya sebentar2 aja.. kalo klamaan liat layar, hoeek langsung muntah bang *lalu curhat*
HapusKepalanya kayak muter muter ya apalagi kalau jalanannya jelek.
HapusAlur ceritanya bagus banget Pak. Sepertinya sosok di atas sopit angkot atawa Bus Kota. bener ndak?
BalasHapusHehe saya belum punya anak mbak, apalagi menikah :D
HapusDi angkot, bener.
jomblo akut
Hapuskang uzay...bujangan rupanya?...nambah lagi satu pesaing berat di kpk deh nih....huh
HapusAiiiih....
Hapushahahaha....
@uswah : Hiehiehiehieee JOMBLO akut? Bwaaaaakakakaka. Sorry mangap eh maaf. Saya cuma geli aja baca komennya @uswah hiheieiehihee. Soale saya juga dulu Jomblowan di komunitas JOJOBA alias Jomblo Jomblo Bahagia. Sekarang sudah alumni tentunya.
Hapus@Cilembu Thea : Semakin banyak saja nih "dedemit" KPK yang berstatus JOMBLO hmm ini peluang juga buat para "senior" untuk mempertemukan sesama jomblo followers. Eala nanti lama lama KPK malah jadi komunitas BIRO JODOH.
Mbak Indah P.
HapusIndah Panggilpakkebanguzay
*hadooooooh*
Hapushahahaha asyik asyik aja lah ya...
asik tuh,,, setelah bikin rek amal, selanjutnya bikn birjod, sapa mo daftr p'tama... ???
Hapus#yg pst bukn bang zach atau kang asep, apalgi mamang cilembu.... :)
@Sun : hiheiheiheie tepat sekali. Exactly. Kita kita mah sudah "veteran JOmblo" hiehiheiee. Bener apa Bener?
HapusAduh kang asep istilahnya keren sekali ada jojoba ada veteran jomblo juga toh.
HapusMbak sun jadi bagian apanya nih? tukang catet umur kali ya :D
pak uzay :p
Hapussaya haha...
Hapusmasa saya harus panggil nek dini mbak?
*pentung*
Hapus*ngeles* kemudian kabur :D
HapusPerjalanan mencari rezeki dan ibadah demi menafkahi keluarga. Satu tujuan demi kesejahteraan dan kemapanan finansial.
BalasHapusIya bang itu gambarannya.
HapusHadir kembali demi menyapa sang sopir angkot.
HapusHahaa semangat bang.
Hapusbang, apa bedanya uzay yg pake ava banner kpk sama uzay yang pake ava kartun?
Hapussama aja, hari ini baru ganti fotonya aja,
Hapusoooh gitu.. *manggut2*
Hapus:D
Hapusbang.. mbaca tulisanmu ini aku jadi mbrebes mili (baca: hujan rintik di sudut mata), kenapa? karena bapakku dulu juga sopir angkot, kebayang saat kami kecil dulu, pas hidup masih seadanya, pagi bapak harus nyupir, sorenya njahit, semua itu beliau lakukan demi agar kami ke-3 putra putrinya bisa bertahan hidup.. Bapakku luar biasa, sopir bagi penumpang, tapi sopir akhiratku menuju surga kelak :)
BalasHapusNah ini yang lebih mengharukan dari sekedar cerita fiksi, cerita cerita nyata di kehidupan sehari-hari dari orang orang terdekat kita.
HapusKalau saya juga ikut hanyut sehanyut hanyutnya. Tau ID Twitter saya? ID twitter saya @cepot , nah itu nama kesayangan pemberian dari kakek saya yang berprofesi sebagai penarik Becak.
HapusJadi sama sama mencari nafkah untuk keluarganya, dan saya sebagai cucunya sering mendapat uang seratus rupiah waktu saya masi SD. Jumlah yang sangat besar di jaman saya SD. Dengan 100 rupiah saya bisa beli makanan. Sekarang kakek saya sudh meninggal dunia.
Membaca tulisan ini, profesi penarik angkot, membuat saya terharu. Saya jadi ingat kakek. DUlu Kakek penarik Becak, substansinya sama. Sama sama mengangkut penumpang ke tujuannya masing masing. Kakek. AKu rindu padamu :(
Kang asep ini kisahnya keren keren yo.
HapusDan di kelilingi orang orang keren juga.
Alhamdulillah. Segala puji hanya milik ALLAH SWT.
HapusTerima Kasih
sama-sama :D :D
Hapussaya baru tau dari sini kalo kakeknya kang asep penarik becak.. luar biasa..
HapusIya luar biasa ya.
Hapussingkat tapi sudah mewakili semua, angan langsung menuju pada sebuah tujuan mulia dari seorang yang mengais rejeki sebagai bentuk tanggung jawab keluarga
BalasHapusterima kasih mas sudah mau memahaminya.
HapusSalut Mas,disaat orang lagi asyik tidur maka kita harus bangun pagi dari awal untuk mendapatkan rezeki yang lebih demi mencukupi kebutuhan orang-orang dirumah.Luar biasa Mas tanggung jawabnya.Ini perlu kita teladani.Trims udah berbagi kisahnya :)
BalasHapusluar biasa memang. terutama setelah dibuat tulisan begini, kita jadi makin berapresiasi
HapusYohaaaa mari bapak-bapak yang menjadi tulang punggung keluarga biar tambah semangat yaa...
HapusRasanya tidak adil juga bagi pasangan kita ya. Para istri sekarang semakin diakui eksistensinya, dan sudah tidak lagi peran Domestik (mengurus anak). Ibu ibu sekarang giat membantu suaminya mencari nafkah. Saya dan istri sama sama jadi lokomotif. Bedanya saya Pegawai Swasta, dan Istri Pegawai Negersi. Swasta VS Negeri = untuk keluarga. Hihehieheheiee
HapusKolaborasi yang klop itu kang asep saling bantu membantu, bahu membahu dalam berumah tangga ya.
Hapuskayak saya sama bang aci, gitu ya? :">
HapusCieeeeeeeeeee uhuk uhuk, romantisnya yaaa
Hapusterharu bacanya bang. yang penting, terus semangat aja. jgan patah smangat...
BalasHapusYohaaaa semangat!
HapusIndah sekali tulisan ini. Saya menyimak dengan tenang penggalan paragraf demi paragraf di sini. Luar biasa karean dari tiap penumpang yang menggunakan jasa kita, ternyata beragam profesi dan tujuan masing masing. Entah itu untuk tujuan mengais mencari rezeki dari ALLAH SWT atau berjuang melalui pendidikan seperti mengangkut anak sekolah.
BalasHapusSecara tidak langsung abang @uzayzie sudah mengumpulkan pundi pundi amal dan ibadahnya dan Insya Allah akan mengundang Pahala dan kebajikan. Mengantar orang bekerja dan mencari nafkah adalah ibadah. Saya menarik pelajaran dari tulisan ini bang.
karena Kang, bukan karean! huhh
HapusHihi kang asep terlalu bersemangat bang zach. Selalu semangat ini beliau kalau memberi sambutan.
HapusHerman eh salah Heran. Hampir setiap komen yang saya buat selalu saja ada terselip salah ketik, salah huruf, kurang satu huruf, dan bahkan terbalik balik. HIheiheee ih jadi malu. Kalau sudah malu rasanya mau segera mlorotin Celana aja
Hapusjgn prnh bikin kang asep malu, bisa gaswat..
Hapus#catet
Nah kan melorotin celana di sini jadinya haha...
Hapuspak zach ini lama2 jadi kayak guru bahasa indonesia aja, tiap typo dimarahin ckckck.. gak boleh gitu pak.
Hapushahaha kang asep terus yang jadi sasaran bang zach nih.
Hapuskata-katanya tu lho Bang Uz, menunjukkan bang Uzay berperasaan halus.
BalasHapussetiap kata bisa dapet feelnya. itu kelebihan loh Bang Uz.
cara mendeskripsikan stentang sopir angkot, seolah sopir angkot merangkap pujangga.
top!
Aduuuuh semoga nggak berlebihan ya bang menilainya, takut saya.
HapusKenapa harus takut sama Bang Zachflazz?
HapusDia nda gigit kok. Beneran deh.
takut??? tenang,,, ada akiu!!! huek...huek...
Hapusoh bang zach udah jinak ya sekarang? Oooooo #kemudianngumpet
Hapuswkwkwkwk kang asep =))
Hapus:D kaya tom en jeri
Hapussalah satu hikmah dari sopir angkot adalah bahwa begitu banyak pelajaran yang dapat dipetik dari penumpang yang beraneka ragam yang naik dan turun di angkotnya sepanjang roda angkot menggilas aspal jalanan...dan itu hanyalah contoh kecil dunia yang kita tempati sementara ini ...salam :-)
BalasHapusIya bang, luar biasa ya profesi mereka.
Hapuskerja jadi supir angkut? atw bapaknya? ah apapun kerjanya yg terpntng bermanfaat bagi mereka. Kadang kita tidak bisa menawar atau membalikkan kisah silam menjadi benderang layaknya sinetron. Tapi sejatinya mengharu biru kisah ini adalah rasa syukur dan nikmatnya sebuah Kerja keras.
BalasHapusReal ^_^
ini Fiksi :)
Hapus