Malam sedang menjamu kita dengan
hidangan istimewa, berupa canda tawa mesra dengan keluarga tercinta dan
istirahat sebagai makanan penutupnya.
Ketika tengah mengamati langit-langit
kamar untuk mulai memejamkan mata, tiba-tiba aku teringat kejadian menarik ahad
kemarin. Seketika saja ingin coba aku tulis. Singkat cerita, setelah tunai
shalat maghrib di masjid, pada hari itu para jamaah shalat tidak langsung
bergegas pulang ke rumah masing-masing. Mereka berduyun-duyun menuju rumah
salah satu tetangga yang kebetulan mengundang selametan di rumahnya dalam
rangka memberi nama buah hati pertama mereka.
Selalu menarik jika ada selametan
seperti ini, selain sebagai ajang untuk mempererat tali silaturrahmi dengan
berkumpul riung bersama. Kegiatan ini juga sebagai simbol turut bahagia dan
saling mendoakan kebaikan antar tetangga. Apalagi ketika melihat antusias
anak-anak kecil yang tidak mau ketinggalan bapak-bapaknya. Meskipun lebih
banyak bercandanya.
Pastinya aku turut hadir di acara
tersebut, sambil memangku Syafiq, si bungsu yang awal bulan depan beranjak usia
lima tahun.
Pembacaan tasbih, tahmid dan
shalawat pun di mulai. Kidung-kidung doa berirama dengan penuh kekhusuan.
Hingga pembacaan surah Yaasiin pun akan di mulai. Di sinilah yang selalu menarik
dan sedikit (maaf) menggelitik hatiku. Ketika mushaf-mushaf Yaasiin dibagikan ke
semua yang hadir. Mataku tak lepas memperhatikan uluran-uluran mushaf itu dari
tangan ke tangan. Sesekali tersenyum ketika mushaf itu tanpa ragu diambil oleh
anak-anak kecil, bahkan berebut (dari mulai umur sudah sekolah SD, maupun masih
di bawah lima tahun). Mereka sangat antusias untuk soal ini, tentu terlepas
dari sudah mahir membacanya ataupun belum, point pentingnya mushaf itu sudah
benar-benar sampai di tangan mereka untuk dibaca.
Dan yang selalu membuatku
menggelitik (dengan tanpa maksud mengurangi rasa hormat) ketika sebagian mushaf
itu hanya berhenti di atas sebuah gelas, hmm.. gelas yang berada di depan sebagian
bapak-bapak (sebagian sudah lanjut usia) tepatnya. Rahasia kecilnya mereka bukan enggan
untuk membaca surah Yaasiin, bukan pula sudah menghafal di luar kepala sehingga tidak lagi perlu teks
bacaanya. Mereka lebih memilih untuk melapadzkan surah al-ikhlas
berulang-ulang, salah satu surah pendek yang sudah mereka hafal sejak lama.
Hmmm, rahasia kecilnya
karena sebagian mereka itu tidak lancar membaca Al-Qur’an. Lidahnya terlalu
kaku untuk mengeja alif ba ta. Hanya menghafal surah-surah pendek untuk
keperluan shalat. Itu pengakuan dari salah satu mereka, sewaktu kecil aku iseng bertanya.
Hal ini menyadarkanku, bahwa
memang benar pepatah mengatakan : belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas
batu, belajar di waktu besar bagai mengukir di atas air. Dan benar adanya
penyesalan yang lebih banyak di hari tua ketika masa mudanya tidak dihabiskan
untuk belajar dan belajar. Ini fakta, pasti kita semua pernah sesekali
mendengar keluhan itu, mendengar nasihat dari orang yang lebih tua umurnya di
sekitar kita.
Aku menelan ludah melihat lebih
banyak mushaf yang menganggur, merasa bersyukur sekali bisa membaca ayat-ayat
Allah tanpa harus terhalang oleh kemampuan tidak bisa membacanya. Bersyukur
telah dididik oleh keluarga yang mengedepankan nilai-nilai agama. Oleh sosok seorang ayah yang tegas membimbing
anak-anaknya menegakkan shalat dan mengamalkan Al-Qur’an. Seorang ibu yang sewaktu kecil menggembleng anak-anaknya sewaktu habis maghrib untuk membuka IQRA bukan menonton televisi. Alhamdulillah.
Pembacaan surah Yaasiin sudah
mulai mengalun seirama. Sesekali Syafiq yang membalikkan halaman mushaf ketika
halaman itu sudah selesai dibaca. Aku mengusap lembut kepalanya, yang meski
masih terbata-bata sudah bisa mengeja alif ba ta.
*seketika ada rindu di sini, rindu nuansa petang dengan alunan-alunan merdu Al-Qur'an di Surau kami dulu.
*seketika ada rindu di sini, rindu nuansa petang dengan alunan-alunan merdu Al-Qur'an di Surau kami dulu.
Ayah terima kasih nanda haturkan kepadamu
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu
Ayah engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiaku
Yang telah membimbing masa kecilku meniti jalan Tuhanku.
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu
Ayah engkaulah guruku yang terbaik sepanjang usiaku
Yang telah membimbing masa kecilku meniti jalan Tuhanku.
*Suara Persaudaraan
Seharusnya ini postingan semalam, tapi ada yang lagi lelet jaringannya :D
BalasHapusGpp emang suka begitu jaringan modemnya :P
Hapusbeuhhhhhhhhhh pertamaxnya diborong sendiri sama admin
BalasHapuskejam yah?
Hapusterlalu.
Hapus*tertawapolos*
HapusLuar biasa mas, jiwa muslim sudah tertanam sejak kecil. ketika alunan ayat suci berkumandang,lidahpun ikut melantunkan. rasanya sangatlah rugi jika di jaman sekarang tidak pandai baca al quran
BalasHapusIya sayang sekali ya mbak.
Hapusjadi kangen rumah....
BalasHapussaya malah kangen Wonder Woman koq
HapusPita : buka pintunya kalau gitu :)
HapusBang zach mah selalu kangen ya sama Wowo itu
Rindu almh. Mamak T_T
BalasHapusSalam aja sama doa :)
Hapusduuuuuuuhh... :)
BalasHapusTerus?
Hapusmampir bentar, di artikel Ayah terimakasih, lewat warnet ni kang...
BalasHapussalam sehat selalu yah
apa isinya coba??
HapusIsinya klepon rasa ubi cilembu.
Hapushalo apa kabar Syafiq?
BalasHapussalam sehat selalu yaa...
beruntung mempunyai kakak yang menyayangimu Nak...
semoga kelak menjadi anak yang shalih yaa..
Bang Uz,
Suara Persaudaraan maksudnya apa Bang?
Alhamdulillah anaknya sehat bang.
HapusAamiin :)
Itu lirik nasyid bang nama grupnya suara persaudaraan,
alhamdulillah yah, mereka masih tersadar akan pembacaan seperti itu, lain halnya dikampung sini bang, kurang pernah lihat juga kalau anak kecil ikut slametan. semoga nanti sejak mulai kecil sudah pada bisa dan terbiasa aammin :D
BalasHapusAamiin, belum ada kata terlambat untuk sebuah perubahan kecil, kebiasaan baru yang lebih baik. Semangaaaaaat
Hapusbacanya nanti aja yaaa...
BalasHapusni refollow blog aja, soalnya postingan baru uzay gak muncul di dasborku, mungkin karna domain baru itu ya... brati sama dong nasibnya kaya punyaku, domain baru, refollow juga blogku zay.. ok..! nanti aku balik kesini lagi :p
udah tuh.
Hapusoke oke...
bersyukur punya keluarga yang selalu mengedepankan ajaran agama....:-)
BalasHapusAlhamdulillah...
Hapusjadi inget bapak gue zay! hiks... besok nyusul ah ke ibukota! ^_^
BalasHapusHayooo atuh di susul kalau gitu :D
HapusSeperti dikampung saja, jika ada hajatan jamaah masjid diundang semua. Saya sering tidak membaca saat musaf yasin ada ditangan, karena lampu yang kurang terang. Saya cuma menyimak dan mendengarkan :)
BalasHapusYang penting pulangnya bawa berkat :D
Nah yang menarik satu lagi ya berkatnya, di- besek hehe
HapusDisana ada acara selametan juga ya dalam pemberian nama si bayi.
BalasHapus*oh ya kak, doaminnya dah normal kembali belum. kalau dah normal, nanti tak follow lagi. Kemarin terpaksa ane unfollow, takut kena hack dari orang yang nggak bertanggung jawab.
Ada di sini bang http://www.azura-zie.com/2013/03/surat-pemberitahuan_17.html Insya Allah aman.
Hapusini dalem banget bang uzay.. seperti biasa, sangat berisi.. attention bapak2 ibu2 atau calon2 bapak dan ibu, jangan biarkan anak2 kita kelak di masyarakat jadi generasi yg menganggurkan mushaf2 alqur'an di rumah mereka..
BalasHapusMari mbak din sama-sama belajar mewujudkannya, di mulai dari diri dan keluarga :)
HapusMari :)
Hapustrenyuh aku :'(
BalasHapus:)
Hapus